Oktober, 2009…
***
Kamu sudah Sekolah Menengah Pertama sekarang dan kamu juga telah belajar banyak hal sehingga tak lagi mudah dikelabui oleh bualan-bualan ibumu yang seringnya tak masuk akal.
Namun, saat kamu terbangun pada pukul dua dini hari; bangkit dari kasur untuk bergegas ke kamar mandi, kamu menemukan pintu kamarmu agak terbuka beberapa senti. Bersamaan dengan itu, kamu mendengar suara ibumu yang mengerang aneh dari ruang depan sana. Tak nyaman untuk telingamu. Sekilas, kamu bisa melihat tangan ibumu bergerak-gerak.
Perlahan, kamu pun—
“Sebentar, sebentar…” lagi dan lagi, dirimu menyela.
“Ada. Apa. Lagi?!” membuatku jengkel setengah mati.
Dengan mata separuh berbinar dan separuh bergetar, dirimu bertanya. Nyaris berbisik.
“Masa ibuku sedang… itu… maksudku, ehm, apa ibuku… sedang ‘celup-celup’?”
Aku tercenung sesaat, lalu kutawarkan, “Mau lihat sendiri?”
“Mau!” ternyata kamu sangat bersemangat dan tambah semangat, “Kurekam boleh, ya?”
Jadi, kujitak kepalamu.
“Dasar anak kurang ajar! Ayo, kita lanjutkan ceritanya.”
Dan perlahan, kamu pun mengintip dari celah kecil itu; maka dari sanalah suara berasal. Gesekan-gesekan sepasang tubuh dengan tikar di lantai dan nafas-nafas berat yang mengurat. Sejalan dengan pergulatan yang erat. Telanjang bulat.
Lampu-lampu di dalam ruang telah dimatikan seluruhnya, hanya bermandikan lampu dari depan jalan kontrakan saja yang sebesar 10 atau 15 watt. Masuk dari celah-celah ventilasi atas pintu dan jendela. Berusaha memberi efek dramatis beserta yang erotis di sana dengan sorot cahaya yang jarang-jarang.
Ibumu juga sosok lelaki itu bergerak dinamis. Ke kanan dan ke kiri. Ke atas dan ke bawah. Telungkup dan telentang. Mengerang dan menggeram.
Dan itu pukul dua dini hari.
Lalu detakan jantungmu perlahan meningkat secepat nafasmu yang memburu kaku. Tatapanmu juga ikut terpaku. Entah ini mengerikan ataukah sesuatu yang mengejutkan, tapi kamu tahu bahwa kegiatan itu adalah normal bagi makhluk hidup dalam kingdom Animalia—iya, manusia memang masuk dalam klasifikasi binatang, kok.