Skenario Kedua

Er Lumi
Chapter #9

9. R-13 Is Not Available

Januari, 2010...

***

Selamat Ulang Tahun. 

Maka, hadiahnya;

“Happy Birthday, anak jalang!” ucap A dan B menyelamatimu sekaligus melemparkan sekotak kue tart rasa lumpur tepat ke wajahmu. Parahnya lagi, ditonton oleh setengah dari murid-murid sekolahan.

Inilah alasan mengapa kamu tak seharusnya satu sekolah dengan anak-anaknya teman orang tuamu—

“Kan, kamu yang membuatku sekolah di sini, penulis tolol!” bentakmu kesal.

Biarlah, aku tak peduli dan tetap melanjutkan cerita;

Ini sudah masuk minggu ketiga, terhitung dari insiden terbongkarnya perselingkuhan ibumu dengan suami temannya. Memalukan memang. Namun, itulah yang terjadi. 

Kabar yang beredar adalah bahwa seorang tetangga kontrakanmu merasa janggal dengan suara desahan yang muncul beberapa kali dari rumahmu. Semua tau bahwa di sana hanya ditinggali oleh kamu dan ibu. Tak ada lelaki lain yang menjadi penghuni tetap. Maka, dengan rasa penasaran tinggi, tetangga tersebut berjalan mengendap dan mengintip melalui celah ventilasi dari atas  jendela. 

Melanggar privasi, memang. Tapi, kegiatan tak senonoh itu tak lagi menjadi privasi di negara beradat seperti ini. 

Dan secepat kilat, sekitar delapan orang warga berbondong-bondong datang untuk menggerebek kontrakanmu yang bahkan belum dibayar bulan ini. Menggebrak-gebrak pintu sehingga mengejutkan tiga penghuni di dalamnya, termasuk kamu. 

Tak ingin mendapat masalah, kamu tetap diam di dalam selimut. Gemetar dan ingin mengompol. Sementara ibu dan lelaki itu terkejut. Ibu menyarankan supaya lelakinya bersembunyi di dalam lemari kamar yang sedang kamu tiduri sekarang. 

Saat lelaki itu masuk ke lemari, tatapan kalian sempat bertemu dan kamu melihatnya setengah telanjang. Itu semakin mengerikan. Tapi, mau bagaimana lagi, sebab kamar kalian hanya satu.

“… keluar! Keluar! Jangan berbuat mesum di sini!”

“Hei, kalian keluar!”

“Jangan membuat dusun kita kena azab!”

Gedorannya smeakin keras sehingga mengundang penghuni rumah-rumah lainnya terbangun dan menonton dengan mata mengantuk.

“Apa kita bakar saja rumahnya, hah?!”

“Astaga, jangan dibakar! Itu rumahku, mereka cuma mengontrak—”

Dan bertepatan dengan itu, pintu utama berhasil dijebol. Memperlihatkan ibumu yang sedang terburu-buru mengenakan pakaian. Menghadapi para warga dengan tampang sok polos.

“Ada apa ini?! Kenapa kalian ber—”

“Bu, anda jangan berbuat mesum di sini!” sela seorang warga.

Lalu yang lain berseru, “Mana yang laki-laki? Tadi ada laki-lakinya, kok.”

Kemudian seseorang yang paling bersemangat, memprovokasi.

Lihat selengkapnya