Skenario Tuhan (Gadis 12 Kali Operasi)

Mega Kembar
Chapter #2

Nikah Tanpa Saksi

Aku ingin bercerita ….

Dalam sebuah kalimat yang menggambarkan isi hatiku

Dalam sebuah kisah yang menjadi kenangan terindah

Dalam sebuah buku yang tak akan lapuk di makan usia

(Mega Kembar)

***

Kisah ini kudengar langsung dari versi Mama dan Bapak. 

Di kantin pabrik, Mama--Maisha--yang merantau ke kota untuk mengikuti jejak keluarganya berhasil mendapatkan pekerjaan di sebuah PT. Industri.  

Seperti jam istirahat, Mama mengajak temannya pergi ke kantin. Sebut saja dia Ningsih. Saat mereka menikmati hidangan mie rebus, ada pegawai dari department lain yang mengajak bicara.

“Mau ngapain?” tanya Ningsih. 

Sementara Mama hanya terdiam, dia malas berurusan dengan pria yang selalu menggoda para gadis. Sebut saja mereka Aldi, Bapakku--Juandi--dan Arjuna.

“Galak amat kamu, Ning. Kita kan cuman mau kenalan sama temen yang di sebelah kamu.”

 Bapak melirik Mama. Kira-kira seperti itulah adegan yang kubayangkan dari cerita Mama saat mengisahkan hal ini padaku.

Sadar bahwa yang dimaksud adalah dirinya, Mama melengos kembali ke departementnya. Samar-samar Mama dapat mendengar suara Bapak bertanya, "Ningsih, itu namanya siapa?”

“Ih, tanya aja sendiri,” ketus Ningsih.

Mama mendengus. Dalam hati mungkin akan mengumpat, “Bodoh, Ningsih itu suka sama kamu, Juan.” 

Yap! Menurut sudut pandang Mama, mereka terlibat dalam kisah cinta segi empat.

Ningsih menyukai Bapak, sedangkan Bapak menyukai Mama dan Mama tertarik pada Arjuna. Namun, cinta tidak pernah salah memilih. Dia tahu ke mana harus pulang. 

***

Setelah pertemuan pertama di Kantin Pabrik, Bapak mulai mendekati Mama. Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana detail ceritanya, karena yang kudengar selama ini hanyalah sepanggal kisah yang tak utuh. 

Tolong jangan tanyakan bagaimana Bapak menyatakan cinta pada Mama karena aku tidak tahu. Mungkin zaman dulu hanya tentang komitmen tanpa pernyataan. 

Mama hanya bercerita waktu pacaran ada beberapa moment yang paling berkesan. 

Pertama adalah tentang kepeditan dan kemurahan hati Bapak. 

Bagaimana tidak?!

Berbeda dengan pria-pria lain yang mendekati Mama, Bapak itu tergolong pelit. Jangankan membelikan barang mewah, mengajak nonton bioskop pun tak pernah. 

Saat mendengar ceritanya, aku nyeletuk. “Loh, kok Mama mau? Nggak ilfil?! Padahal mantan Mama aja pernah bayarin kursus jahit.”

“Udah jodoh, Dek. Lagian Bapak itu uangnya dipake biayain keluarganya.”

“Mama tahu dari mana?” 

“Dulu waktu Mama berkunjung ke rumah Oyot, Bapak ngajak Mama belanja ke pasar.”

Lihat selengkapnya