Jika perpisahan itu tetap terjadi
Aku tidak harus mengalami rasa sakit ini
(Mega Kembar)
***
Saat mendengar permintaan Mama, Kakek Adan berusaha menasehati untuk bertahan demi anak. Tapi Mama kekeuh ingin pulang ke Bandung.
Bapak sendiri tidak membujuknya karena menyadaro kesalahan ada di pihaknya yang membuat Mama jengkel.
Tanpa berkomentar apapun, Bapak mengambil tas besar di tangan Mama dan pergi mengantarkan ke gardu11 depan jalan raya untuk menunggu mobil angkutan umum.
Berbeda dengan Kakek Adan yang berpamitan pada Oyot Ijah dan Abah Arhani, Mama melengos begitu saja.
Saat mobil hendak melaju, barulah Bapak berbicara sambil mengusap rambut Aa Banyu.
“Nanti Bapak nyusul Banyu ke Bandung.”
Kepadaku Mama bercerita bahwa itulah perkataan terakhir Bapak sebelum perpisahan mereka. Tapi tinggal di kampung sendiri pun, hanya luka yang didapat Mama.
Ketika hari raya idul fitri tiba, ada kerabat dekat yang menjelek-jelekan citra Bapak.
“Bapak kamu emang enggak bener, Banyu," ucapnya. "Enggak punya otak si Juan itu, bukannya cari duit buat nafkahin anak istri malah main terus kerjaannya.”
Mama sangat terpukul mendengarnya, tapi itu kenyataan.
Orang tuaku miskin ...
Untuk membeli baju lebaran Aa Banyu saja tidak mampu. Untungnya saat mudik ke Bandung, Uwak Andi12 membawakan tiga stel pakaian bayi untuk Aa Banyu.
Mama tambah terharu saat Uwak Andi menasehati. “Yang Sabar, Mais. Juan juga pasti lagi usaha cari kerja buat kamu dan Banyu. Kamu tawakal aja berdoa minta ke Gusti Allah."
Mama mempercayainya, tapi meski sudah lewat tiga bulan, tak kunjung ada kabar dari Bapak. Kakek Adan pun mengingatkan Mama untuk menghubungi Bapak dan meminta kejelasan hubungan mereka.
Akan tetapi, Mama pesimis mengira rumah tangganya sudah hancur. Mereka diujung perceraian, bahkan sudah banyak pria yang mendekati Mama untuk menggantikan posisi Bapak.
Takdir tidak pernah mengizinkannya ….
Saat petang ketika mengajak main Aa Banyu, Mama menjawab pertanyaan pria yang mengejar-ngejarnya. "Saya masih istri A Juan, Kang."
"Saya tahu, Mais. Makanya kamu segera urus perceraian kalian, biar saya bisa cepat halalin kamu," katanya. "Kasian Banyu, butuh figur Ayah."
"Tapi, Kang---"
"... kalau kamu masih ragu gini, saya cari perempuan lain aja," ancam pria itu. "Tapi nanti kamu yang rugi. Zaman sekarang siapa sih yang mau menikahi bekas orang?! Punya anak lagi. Jangan sia-siakan kesempatanmu, Mais."
Mama membisu. Di saat kritis itulah, Bapak datang menyapa, "Maisha."
"A Juan ...."
Mama menatap terkejut kedatangan Bapak, yang lalu dengan santai mengajak bicara pria tadi, menganggapnya bukan saingan cinta melainkan teman biasa Mama.
Setelah dia berpamitan pulang. Mama pun mengajak Bapak masuk ke dalam rumah.
Saat duduk bersimpuh di lantai, Bapak menyodorkan dompet berisi uang puluhan ribu rupiah. Tapi Mama tidak merasa senang, justru curiga menyangka itu hasil mencuri.
“Uang apa ini?”
“Hasil jualan cendol di Tangerang.”
Yap! Selepas kepergian Mama dan A Banyu ke Bandung, Bapak langsung merantau ke kota. Pergaulan yang luas membuatnya berkenalan dengan seorang pembisnis cendol yang menawari bergabung.
Bapak sengaja tidak menjemput keluarganya, karena selain ingin menabung, dia pun ingin memberikan ruang pada Mama untuk saling introfeksi diri.
Sejak itulah orang tuaku kembali bersama ...
Bahkan setelahnya Mama ikut diboyong tinggal di Tangerang dan kembali bekerja di Pabrik. Pengurusan Aa Banyu diserahkan pada Pengasuh.