Masalah bertubi yang menimpa keluarga kita
Kenapa harus di tahun kelahiranku?!
(Mega Kembar)
***
Kesedihan tak berhenti sampai di sana saat Mama dilarang ikut ke pemakaman. Dalam kamar, Mama hanya bisa melihat Bapak menggendong A Megi menuju tempat peristirahatan terakhirnya.
Setelah itu, barulah Bapak menjalani perawatan luka kecelakaan yang membuat gigi depannya patah dan terpaksa menggunakan gigi palsu.
Di sela candaan kami, Bapak sering nyeletuk, “Bapak pakai gigi palsu karena si beguning-guning.”
Beguning-guning …
Itulah nama panggilan Bapak untukku.
Sebelum mengetahui kisah ini, aku selalu berpikir kenapa itu menjadi kesalahanku?!
Bukan aku yang membuat gigi Bapak patah. Toh, aku merasa tidak pernah melukainya, tapi seiring waktu aku menyadari kenyataan pahit.
Jika bukan karena ingin menemuiku dan A Megi, kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi.
***
Kedua belas, mereka sibuk mencari pengobatan untuk penyakitku.
Dengan bantuan Mang Malik16, aku dibawa ke rumah sakit besar di kota Serang. Namun, lagi hanya kekecewaan yang didapat.
“Maaf, Bu. Untuk saat ini penyakit putri ibu belum bisa kami tangani," kata Dokter.
"Kenapa, Dok?!" tanya Mama.
"Usianya masih rentan untuk menjalani perawatan, takut nanti tidak kuat. Tunggu sampai usia 2 tahun nanti ibu ke sini lagi.”
Mama semakin cemas saat Dokter memvonis. “Ibu kalau suatu saat nanti ada keanehan di kaki putri ibu. Jangan kaget! Itu mungkin efek samping dari penyakitnya.”
See?! Sendari awal clue itu sudah ada. Tapi waktu belum mengizinkan untuk tahu.
Mama dan Bapak tidak menyerah dalam mencari alternatif untuk kesembuhanku. Mereka pun beralih ke pengobatan tradisional/kampung.
Meski masih bayi pun, aku sudah dibawa keliling ke Tabib, ke Dukun, ke Paranormal, ke Klinik ke Pedepokan dan tempat pengobatan lainnya.
Mama bercerita bahwa yang paling berkesan adalah saat berobat ke Paranormal di daerah Paneglang, sebut saja tempat Mbah Jo.
“Tali pusar bayinya masih ada, Pak?” tanyanya.
“Ada, Mbah," jawab Bapak.
“Nah itu nanti direbus, terus airnya diminum sama istri kamu biar ASI-nya bisa jadi obat."
“Tapi itu ada dua, Bah. Soalnya dede lahir kembar. Saya nggak tahu yang mana punya dede,” protes Mama membayangkan akan seberapa pahit ramuan aneh itu.
“Enggak papa dua-duanya aja, Bu."
Tapi demi kesembuhan putri tercinta, Mama tetap menjalani ikhtiar tersebut dengan menahan mual dan eneg, berharap kesembuhan itu menjadi milik kami.
Akan tetapi, meski bali tali pusar itu sudah memutih karena digunakan sampai berminggu-minggu, benjolan penyakitku tetap membesar seiring bertumbuhnya diriku.
***
Ketiga belas, usaha cendol Bapak hancur.
Belum juga masalah penyakitku menemukan titik terang, sudah muncul gelombang ujian baru. Kali ini dimulai dengan kesalahpahaman yang menimpa Ka Arta17.
Kasus cinta segi tiga yang melibatkan geng motor18. Kelompok itu menyerang rumah kami untuk mencari keberadaan Ka Arta yang melarikan diri ke Cilegon.
Karena tidak kunjung menemukan sang target. Mereka pun menghancurkan semua perkakas dagangan cendol, gerobak serta perabotan rumah kami.
Beruntung saat kejadian, Bapak sedang ada di luar dan Mama menginap di rumah kerabat kami, sehingga tidak menjadi korban pengeroyokan.