Skenario Tuhan (Gadis 12 Kali Operasi)

Mega Kembar
Chapter #6

Bayi Pembawa Musibah

Masalah bertubi yang menimpa keluarga kita

Kenapa harus di tahun kelahiranku?!

(Mega Kembar)

***

Kesedihan tersebut tidak berhenti sampai di sana saat Mama kembali dilarang untuk ikut ke pemakaman.

Di dalam kamar, Mama hanya bisa memeluk tubuhku erat dan menatap proses pengantaran jenazah A Megi yang digendong oleh Bapak.

Setelah itu, barulah Bapak menjalani perawatan luka bekas kecelakaan yang membuat gigi depannya patah dan terpaksa menggunakan gigi palsu.

Di sela candaan kami, Bapak sering nyeletuk, “Bapak pakai gigi palsu gara-gara si beguning-guning.”

Beguning-guning …

Itulah nama panggilan kesayangan Bapak untukku. 

Sebelum mengetahui kisah ini, aku selalu berpikir kenapa itu menjadi kesalahanku?!

Bukan aku yang membuat gigi Bapak patah. Namun, seiring waktu aku pun menyadari kenyataan pahit.

Jika bukan karena ingin menemuiku dan A Megi, kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi.

Keduabelas, aku yang membuat semua orang sibuk untuk mencari pengobatan penyakitku.

 Dengan bantuan Mang Malik16, aku dibawa ke rumah sakit besar di kota Serang. Namun, lagi hanya kekecewaan yang didapat.

“Maaf, Bu. Untuk saat ini penyakit Putri Ibu belum bisa kami tangani," kata Dokter.

"Kenapa, Dok?!"

"Usianya masih rentan untuk menjalani prosedur perawatan. Takutnya nanti tidak kuat. Tunggu sampai usia 2 tahun, ya?! Nanti Ibu ke sini lagi.”

Mama termenung, dia semakin cemas saat Dokter memvonis. “Ibu kalau suatu saat nanti ada keanehan di kaki putri ibu. Jangan kaget! Itu mungkin efek samping dari penyakitnya.”

See?! Sendari awal clue itu sudah ada. Akan tetapi, waktu belum mengizinkan kami mengetahuinya.

Mama dan Bapak tidak menyerah dalam mencari alternatif untuk kesembuhanku. Mereka pun beralih ke pengobatan tradisional/kampung.

Saat bayi pun aku sudah dibawa berkeliling dari satu Tabib ke Dukun ke Paranormal ke Klinik ke Pedepokan dan lainnya.

Mama bercerita bahwa yang paling berkesan adalah saat berobat ke Paranormal di daerah Paneglang, tempat Mbah Jo.

“Tali pusar bayinya masih ada, Pak?” tanya Mbah Jo pada Bapak.

“Ada, Mbah."

“Nah itu nanti direbus. Airnya diminum sama istrimu biar ASI-nya bisa jadi obat."

“Tapi itu ada dua. Soalnya Dede terlahir kembar. Saya nggak tahu yang mana punya Dede,” protes Mama membayangkan akan seberapa pahit ramuan aneh tersebut.

“Dua-duanya saja, Bu.”

 Akan tetapi, demi kesembuhan putri tercintanya, Mama tetap melakukan hal itu. Sebisa mungkin menahan rasa mual selama beberapa Minggu.

Namun, meski bali tali pusar sudah memutih, benjolan penyakitku tetap membesar seiring bertambahnya bobot tubuhku. 

***

Belum juga masalah penyakitku menemukan titik terang, sudah muncul gelombang ujian menerjang keluarga kami.

Itu bermula dari kesalahpahaman yang menimpa Ka Arta17. Kasus tentang kisah cinta segi tiga yang melibatkan aksi perselisihan dengan geng motor18.

Kelompok tersebut melakukan penyerangan ke rumah kami untuk mencari keberadaan Ka Arta yang kabur melarikan diri ke Cilegon.

Karena tidak kunjung menemukan sang target. Mereka pun menghancurkan semua perkakas dagangan cendol, gerobak serta perabotan rumah kami.

Beruntung saat kejadian, Bapak sedang ada di luar dan Mama sendiri menginap di rumah kerabat, sehingga tidak menjadi korban pengeroyokan.

Selang beberapa hari, Mama mencoba mengunjungi rumahnya. Baru sampai di teras, tetangga sebelah rumah segera menarik tangannya pergi menjauh dari lokasi.

Lihat selengkapnya