Skenario Tuhan (Gadis 12 Kali Operasi)

Mega Kembar
Chapter #23

Operasi Ketiga dan Keempat

Aku hanya ingin seperti anak lain

Kenapa sulit sekali?!

(Mega Kembar)

***

Minggu, 19 Juni 2011.

Kebahagian kembali datang ketika Teh Hanna mengajakku ikut ke acara kenaikan kelasnya di SMP.

Aku sangat bahagia berada di sana, aku bahkan sempat membeli hadiah jepitan barbie kecil untuk Tika.

Akan tetapi, saat aku menginginkan rujak, Mama melarangnya dengan mengatakan jika makanan tersebut takutnya akan membuat kondisi tubuhku menjadi drop.

Aku hanya bisa menahan keinginan tersebut. Bagaimanapun aku ingin cepat sembuh agar bisa kembali sekolah dan mendapat ranking pertama lagi. 

Aku pun hanya bisa bersabar ...

***

Senin, 20 Juni 2011.

Hari Senin sudah tiba, tapi belum ada pihak rumah sakit yang menghubungi. Aa Banyu pun memilih untuk menghadiri undangan acara kenaikan kelas di SMK-nya dulu.

Aa Banyu baru pulang menjelang Ashar. Saat itulah ponsel kakak pertamaku berbunyi. Kulihat Aa Banyu berbicara di luar rumah, setelah selesai dia pun menghampiriku yang sedang menonton televisi.

"Dek, besok kita udah bisa ke rumah sakit," katanya.

"Serius, A?!"

"Iya. Perawatnya bilang dede udah dijadwalin operasi hari Rabu."

Selepas berkata demikian, Aa Banyu pun menghampiri Mama untuk memberikan informasi tersebut.

Aku semakin tidak sabar menunggunya. Aku hanya tidak tahu rasa sakit jenis apa yang akan kurasakan nanti.

Aku hanyalah bocah 11 tahun ...

***

Selasa, 21 Juni 2011.

Keesokan harinya, sesuai rencana aku dan Mama berangkat ke rumah sakit menggunakan motor Aa Banyu, sedangkan Bapak tidak bisa menemani karena ada rapat di desa.

Setelah sampai di Rumah Sakit, Aa Banyu langsung mengurus berkas rawat inap. Tidak berselang lama, aku pun diarahkan ke ruang laboratorium dan menjalani prosedur menjelang operasi.

Setelah semua beres, barulah aku pergi ke ruangan yang sempat di tempati sebulan lalu. Di sana sudah ada pasien bayi yang terluka karena tak sengaja tersiram kuah bakso, sebut saja Dek Arham.

Ketika aku sudah diinfus barulah Aa Banyu pamit pulang untuk mengabari anggota keluarga lain.

Malamnya Bapak datang dengan membawa Nenek Mima untuk membantu Mama menjagaku di rumah sakit.

***

Rabu, 22 Juni 2011.

Setiap bertugas menjagaku, Nenek Mima terbiasa mengunjungi UGD, saat ada visit dokter yang terdapat peraturan jika sebelum jam besuk, penunggu pasien hanya boleh satu orang saja.

Karena itulah sebelum gerbangnya ditutup, Nenek Mima sudah pergi keluar. Akan tetapi, begitu sampai di ruangan pada siang hari, raut wajahnya menjadi pucat pasi dan muntah-muntah di kamar mandi. 

Dilanda rasa khawatir, Mama pun bertanya, “Ada apa, Mak? Mak kenapa? Mak ngerasa sakit lagi?”

“Dede nanti bakal gimana, Mais? Dia bakal baik-baik aja, kan?!" cemas Nenek Mima.

"Emang kenapa, Mak?! Dede baik-baik aja, kok. Nanti sore, dia-kan mau di operasi."

"Makanya itu, Mais. Apa operasinya bakal berhasil. Tadi Mak lihat di UGD ada yang meninggal. Nanti gimana nasib Dede?!" keluh Nenek Mima.

“Ya Allah, Mak. Namanya juga di rumah sakit, ya pasti ada yang meninggal. Udah nasib itu, Mak. Jangan disangkutpautin sama dede."

Disebabkan kondisi Nenek Mima yang semakin memburuk, bahkan saat ada kunjungan dokter kedua selepas dzuhur pun, Nenek Mima merasa lemas tidak sanggup pergi keluar dan memilih sembunyi di kamar mandi.

Mama pun tak punya pilihan selain menelpon Aa Banyu untuk menjemput Nenek Mima, dan digantikan Bi Dian.

Lihat selengkapnya