Skenario Tuhan (Gadis 12 Kali Operasi)

Mega Kembar
Chapter #25

Saat Dijauhi Teman

Berapa lagi rasa sakit yang harus kuterima

Apakah sefatal itu kesalahanku

(Mega Kembar)

***

September - Oktober 2011.

Aku telah terbebas dari perawatan rumah sakit. Namun, tidak benar-benar bisa menjauh dari ruangan berbau khas tersebut, karena Nenek Mima mendadak sakit keras.

Itu terjadi menjelang pernikahan Mang Aiman, si Bungsu dari Keluarga Besar Mama. Nenek Mima sendiri sempat dibawa berobat ke UGD.

Disebabkan Mama fokus mengurus Nenek Mima, aku pun jarang diperhatikan olehnya. Namun, di waktu ini aku tidak lagi memerlukan perawatannya karena aku telah sembuh sepenuhnya.

Akan tetapi, masalah muncul di sekolah saat teman-temanku mulai menjauh. Mereka terlihat takut dan segan saat berdekatan denganku. Padahal biasanya tidak ada jarak di antara kami, tapi sekarang berubah sikap.

Aku mencoba memakluminya karena kupikir mereka mungkin takut akan menyenggol atau menyakiti luka bekas operasiku.

Meski sudah kutekankan bahwa selain luka di punggung itu tidak ada yang sakit, tapi mereka tak percaya.

Aku kesepian ...

Hariku di sekolah banyak dihabiskan di ruang perpustakaan yang baru dibangun. Hampir setiap hari aku meminjam buku di sana.

Bacaan favoritku adalah buku Kisah Nabi dan Rasul serta buku cerita horor. Di titik inilah aku mulai menyukai dunia literasi, bahkan di rumah pun aku mulai membaca cerpen dan cerbung64 karangan Teh Hanna.

Di sisi lain, Aa Banyu yang melihat potensiku serta keadaan fisikku yang telah stabil memutuskan untuk memasukan aku ke dalam kelas Kursus Komputer.

Aku sangat senang dengan kesempatan baru tersebut. Toh, aku adalah anak yang senang belajar hal baru yang menarik minatku.

Setiap jam 13.00 WIB, Aa Banyu akan mengantarkanku ke lokasi kursus menggunakan motor, dan selama perjalanan itu, dia akan selalu menanyakan pencapaian di bidang ilmu komputer.

"Kemarin belajar apa aja, Dek?!" tanya Aa Banyu.

"Disuruh buat kolom tabel gitu, A," jawabku.

"Lho, kalau pelajaran kayak gitu mah Aa juga bisa ngajarin, Dek," katanya sambil terkekeh jenaka..

"Yah, kan namanya juga masih di materi Microsoft Word. Kata gurunya kalau udah bisa baru beralih ke MS. Excel dan Powerpoint."

"Oh gitu."

Setelah tiba di tempat tujuan, Aa Banyu meninggalkan sebuah ponsel cinit-nit65 padaku. Itu digunakan untuk menghubungi Aa Banyu selepas kegiatan kursusku berakhir di jam 15.00 WIB.

Memang setelah menjalani pengobatan rumah sakit dan pindah ke rumah baru, aku belum melanjutkan pendidikan di Sekolah Agama lagi, karena kelompok pertemananku di Kampung pun telah bubar66.

Perbedaan lingkungan tempat tinggal sekaligus minimnya waktu bermain membuat kami mulai menjauh dan fokus pada hidup masing-masing, terlebih aku pun telah berada di tahun terakhir sekolah dasar.

Akan tetapi, aku terus berusaha agar semuanya kembali seperti sebelum aku menjalani perawatan rumah sakit.

Jika dari segi sosial aku mengalami kemunduran, tapi dalam segi ekonomi sangatlah cemerlang. Di moment ini, Bapak mendapatkan rezeki lebih untuk membeli seperangkat Leptop beserta printernya.

Dari hasil jualan warung sembakonya, Aa Banyu bisa membeli Motor Tiger impiannya. Aku pun bisa mendapatkan penghasilan sendiri dengan membantu menulis dokument pekerjaan Bapak di Desa serta menjaga warung milik Aa Banyu.

Biasanya setiap bulan, aku akan mengantongi uang 50 ribu sampai 200 ribu rupiah untuk ditabung. Aku sangat senang karena berguna bagi orang lain.

Lantas, kenapa kebebasan tu diambil dariku?!

***

Aku yang di sekolah selalu bermain seorang diri, karena temanku takut tak sengaja melukaiku hanya bisa menunggu Melisah untuk mengambilkanku jajanan dari warung.

Saking kesepiannya aku di waktu ini, aku pernah dengan sengaja menjahili teman sekelasku. Aku mengirimkan SMS iseng agar mereka mau kembali bermain denganku.

Akan tetapi, respon yang kuterima tidak sesuai harapan. Jika dalam dunia digital, kami terlihat akrab tapi saat di sekolah mereka kembali bersikap canggung.

Perilaku mereka membuat aku jatuh dalam kebingungan tak berujung. Sungguh, apakah pasien sepertiku sangat menakutkan?!

Kenapa terus menjauh?!

Aku ingin sekali pergi ke warung Aa Banyu untuk mengambil jajanan sendiri, tapi Mama selalu melarangku banyak berjalan, karena takut luka di kakiku terbuka lagi.

Aku yang tengah duduk di lantai teras kelas 6 pun hanya bisa memainkan jari-jemari tanganku dalam kejenuhan. Aku ingin teman bicara. Lantas, saat dalam lamunan tiba-tiba ...

Puk!

“Ngapain kamu, Meg? Lagi cosplay jadi pengemis?”

Aku menoleh ke asal suara tengil itu untuk mendapati Undio tertawa lepas, dari manik matanya terlihat geli.

“Ini aku kasih uang," godanya.

Dengan sengaja, Undio memetik daun untuk diberikan padaku. Yang langsung kutepis menjauh.

“Enak aja. Kamu kali, gabut banget merhatin orang sembarangan," tegurku cemberut. Padahal dalam hati aku sangat senang karena temanku mau menyapa.

"Lagian kamu ngapain di sini sendirian?! Nggak jajan ke warung?"

Undio beranjak berdiri menyandar pada tiang dengan tatapan mata tertuju ke arahku.

"Ini aku juga lagi nungguin Melisah, kok. Dia lagi ngambil jajanan ke warung Aa Banyu."

“Oh gitu. Butuh ditemenin, nggak?" tawarnya.

Aku mengernyit. "Temenin kemana? Mega-kan nggak mau kemana-mana."

"Maksudnya temenin ngobrol gitu. Daripada kamu sendirian gini kayak jelangkung."

"Ih. Apa, sih?!" rajukku. "Orang aku lagi main."

"Main apa?"

"Mainin jari."

"Ngaco. Aku temenin ngobrol aja, deh. Sama kayak kamu yang nemenin aku sms-an. Itu kamukan yang ngerjain aku Minggu lalu?!"

Lihat selengkapnya