Skenario Tuhan (Gadis 12 Kali Operasi)

Mega Kembar
Chapter #26

Operasi Kelima

Rasa sakit itu menjadi asing

Sendari awal pun aku yang berbeda

(Mega Kembar)

***

Januari 2012.

Aku pikir ketika Mama pergi ke Bandung, aku sudah mengurus luka di kaki kiriku dengan baik, aku selalu rutin mengganti perbannya dan saat mandi akan membungkusnya dengan plastik agar tidak terkena air.

Akan tetapi, di hari Minggu saat aku masih terlelap, aku melihat Mama tengah sibuk membersihkan luka di kaki kiriku.

Aku yang merasa terganggu menggerakan tubuhku dengan bruntal, sehingga membuat Mama kesulitan dan menegurku.

“Diem, Dek. Jangan bergerak, Mama lagi ngurusin luka di kaki kamu ada belatungnya.”

“Hah?” Sontak mendengar hal tersebut, aku langsung terduduk. Kedua mataku tertuju pada gunting yang Mama gunakan untuk mengambil hewan kecil itu.

Aku bergidik. “Kok bisa sampe ada belatungnya, Mah?”

Sungguh, aku sangat ketakutan. Bukan karena rasa sakit, karena faktanya aku masih tak bisa merasakan sensasi apapun.

Mama sendiri dengan raut wajah khawatir tetap fokus membersihkan lukaku dan membalutnya dengan perban.

“Dek kita ke rumah sakit lagi, ya?” pintanya.

Jujur saja, aku keberatan mengingat sekolahku akan terbelangkai lagi. Aku sudah susah payah merebut peringkat pertama di kelas 6 semester ganjil, jika aku pergi maka predikat itu akan hilang.

“Tapi, Mah. Dede nggak mau dirawat lagi,” jawabku menolak.

“Terus gimana, Dek? Ini infeksi lagi. Mama takut terjadi apa-apa nanti.”

Aku tertegun, iris mataku kembali melihat ke arah luka di kaki yang merambat sampai ke tumit, terlebih luka melepuh di jari-jariku sisa dari pengobatan Mang Afnan masih belum mengering. 

“Ayo, Dek. Kita ke rumah sakit lagi, ya?!” desaknya memaksaku.

Sekali lagi, aku hanya bisa patuh. Meski dalam hati aku tetap tak rela. Tepat di akhir bulan Januari 2012, aku resmi dirawat di rumah sakit dan akan menjalani tindakan Operasi Kelima.

Dokter Yones pun sempat memarahi Mama karena mengizinkan Mang Afnan melakukan eksperiment berbahaya untuk menguji mati rasaku. 

Dokter Yones mengatakan. “Nanti lagi bilang saudaranya buat jangan direndam pakai air, apa lagi pakai air mendidih. Inikan kakinya normal, buktinya bisa sampai melepuh gini.”

Kendati demikian, operasiku berjalan dengan lancar, tapi jahitannya kini melebar sampai ke atas tumit kaki.

***

Februari 2012.

Aku pikir karena Mama selalu bisa menemaniku berobat kemanapun, tubuhnya sehat-sehat saja. Namun, ternyata Mama menyimpan rasa sakitnya sendiri.

Aku sangat terkejut begitu Mama mengabarkan akan dirawat bersamaku di ruang inap.

“Emang Mama sakit apa? Kok sampai dirawat segala?” tanyaku saat Mama menyuapiku makanan dari rumah sakit.

“Mama punya penyakit tumor di belakang telinga,” jawab Mama membuatku nyaris tersedak.

“Hah? Kok bisa?!”

Mama kemudian menceritakan jika selama ini telinganya terasa berdengung nyaring, sehingga terkadang membuatnya kehilangan fungsi pendengarnya.

Penyakit tersebut sudah Mama periksa sejak aku menjalani Operasi Tumor Ganas tahun lalu.

Itulah alasan Mama selalu meminta izin keluar untuk menjalani pemeriksaan dengan Dokter THT, bahkan Bapak yang diberi kabar demikian ikut memprotes tindakan Mama.

“Kenapa di operasinya nggak waktu ada mendiang Mak, sih? Kan nanti bisa ada yang nungguin?” keluh Bapak.

“Orang sengaja nggak ngasih tahu Mak, soalnya takut dia kepikiran."

"Ck! Tapikan kalau kayak gini susah. Masa Bapak harus nungguin dua pasien sekaligus?! Nggak akan sanggup."

Lihat selengkapnya