"Astaga, sudah jam delapan! Bakal telat aku ikutĀ Technical Meeting!"
Rasa was-was yang aku rasakan ini tidaklah berlebihan, aku takut jika aku masuk ke kampus nanti, para senior sudah menandaiku sebagai anak yang tidak disiplin. Bisa-bisa aku menjadi bulan-bulanan mereka ketika ospek yang akan dilaksanakan dua hari ke depan.
"Ya mau bagaimana lagi No? Kamu lihat sendiri, macetnya mengular dan tidak berjalan sama sekali." balas kakakku, Rian.
"Aaaaaaah..... Kenapa coba kita lewat sini kak? Bukannya kampus Nino itu lebih dekat kalau lewat Jalan Badak?" jawabku sambil menggerutu.
"Setahu kakak kalau lewat sini nggak macet, eh ternyata malah macet parah. Sabar saja deh No."
Tidak mau hanya menggerutu dan terus dihantui oleh waktu yang terus berjalan, aku mencoba mencari solusi.
"Memang dari sini ke kampus Nino jauh ya kak?"
"Tiga kilometer sih ada."
"Hah? Tiga kilometer?" sahutku kaget.
"Itu juga tidak pasti sih No, kakak lupa lagi sih."
"Yang namanya kilometer, patokannya sudah pasti jauh dong kak! Terus kalau dari sini, biasanya apa ada bis atau angkot gitu kak?"
"Bis tidak ada yang lewat sini No, kalau angkot ada. Warna angkotnya itu biru dan angkot itu pun tujuannya langsung ke Jalan Jingga, jalan kampus kamu."
"Angkot biru ya kak? Baiklah, terima kasih kak!"
Aku langsung membuka pintu mobil dan berlari mencari dimana angkot warna biru.
"Daripada nungguin macet yang nggak kelar-kelar, mending inisiatif sendiri aja!" ujarku dalam hati.