Skills

Imajiner
Chapter #5

Nino Graha Sastra - 2. Technical Meeting

Akhirnya, tibalah aku di Mandalawangi. Tidak begitu jauh seperti apa yang kakak bilang.

Namun aku merasa suasana sudah sepi, tidak terlihat adanya panitia yang berjaga maupun beberapa mahasiswa baru yang lari kocar-kacir karena telat.

"Apa jangan-jangan aku paling terakhir ya datangnya?"jawabku kebingungan sambil berlari masuk ke dalam kampus.

Benar dugaanku. Di dalam, para mahasiswa baru sudah berbaris sambil memperhatikan pidato yang dibacakan oleh seseorang di atas panggung.

"Celaka, aku masuk barisan mana nih?"

Tanpa sepengetahuanku, datanglah seseorang yang aku tebak dia adalah salah satu panitia acara.

"Kenapa kamu celingak-celinguk? Kamu siapa?"

"Saya mahasiswa baru kak." Sahutku pelan.

"Mahasiswa baru kok nggak baris?"tanyanya dengan nada menaik.

"Sa.. Saya baru datang kak."

"Kenapa kamu baru datang? Acaranya kan mulai pukul 08.00. Sekarang sudah pukul 09.00 tahu!"

Suara kakak kelas yang keras ini membuat beberapa mahasiswa baru yang barisnya paling belakang melihat ke arahku.

"Roy, sudah! Suruh masuk dulu saja."ujar seorang wanita yang mendatangi aku dan Kak Roy.

"Kamu lihat di papan kampus yang ada disana, terus kamu cari namamu di kelompok berapa, baru kamu masuk ke barisan yang sesuai dengan kelompokmu."

"Baik kak, terima kasih banyak."

Setelah berpamitan kepada Kak Roy dan temannya, aku langsung berlari menuju ke papan kampus untuk melihat namaku.

"Nino Graha Sastra... Nino Graha Sastra... Aduh mana ya namaku?"

Sulit untuk mencari namaku di daftar kelompok ini itu karena susunan namanya tidak sesuai abjad dan terkesan asal-asalan. Akan tetapi kutemukan juga namaku.

"Ini dia namaku, Nino Graha Sastra, kelompok... Delapan!"

Aku berlari kembali untuk masuk ke barisan kelompok delapan.

***

"Ini kelompok delapan?"tanyaku kepada seorang mahasiswa baru yang berbaris paling belakang.

"Iya, ini teh kelompok delapan."jawab si mahasiswa baru dengan logat Sundanya.

"Benar berarti. Kenalkan saya Nino."sahutku sambil mengulurkan tangan.

"Saya Reza."balasnya sambil menerima uluran tanganku.

"Orang Sunda ya?"

"Iya aku teh asli Sunda, kamu asli mana?"

Belum sempat kujawab, seseorang berbisik dari belakang,

"Perhatikan rektor yang di depan! Jangan ngobrol dulu!"

Aku dan Reza pun langsung terdiam seketika dan tidak melanjutkan obrolan.

"Lumayan, baru masuk sudah kenal satu orang. Semoga aja aku nggak canggung dan bisa kenal sama teman-teman yang lain."batinku dalam hati.

Untuk orang introvert sepertiku, berkenalan dengan seseorang saja sudah sangat girang sekali.

***

Baru mendengarkan pidato rektor beberapa menit saja, aku sudah mulai merasakan kantuk. Mungkin ini efek begadang nonton bola semalam dengan kakak. Ingin mengobrol, tapi nanti kena marah senior lagi. Sudahlah, biar aku mencari kesibukkan lain, sendiri bernyanyi-nyanyi pelan atau melemaskan otot leher. 

Lihat selengkapnya