Tibalah saat pembina kelompokku menperkenalkan dirinya.
"Selamat siang para mahasiswa baru!!"
"Siaaaaangg!!!"sahut para mahasiswa baru termasuk aku.
"Panas nggak??"
"Panaaasss..."kembali sahut para mahasiswa baru dengan riuh dan juga terdengar suara Arman.
Aku terus melihatnya. Semoga saja cewek ini benar jadi pembina kelompok delapan.
"Kalian harus tahan ya, soalnya acaranya masih berlangsung. Bisa tidak?"
"Bisssaaaa....."
"Kurang semangat, kita ulangi ya... Bisa tidak?"
Dengan kompak, para mahasiswa baru menjawabnya,
"Biiiisaaaaa...."
"Nah begitu dong semangat! Sekarang kakak mau memperkenalkan diri, nama kakak Kak Tasya. Kakak pembina kelompok delapan. Untuk kelompok delapan semoga betah ya sama kakak."ujar kak Tasya sambil menyelipkan senyum.
"Pasti kak!"batinku dalam hati.
"Iya kaaaak..."jawab kelompok delapan.
"Baiklah kalau begitu, terima kasih atas perhatian kalian."
Kak Tasya pun menyudahi perkenalannya dan memberikan microphone kepada temannya yang ada di sebelah. Akhirnya aku tahu juga namanya, Kak Tasya. Ah, aku jadi salah tingkah lagi nih, senyum-senyum sendiri karena membayangkan aku mengobrol dan dibina sama Kak Tasya nanti.
Aku yang tengah asyik membayangkannya, tiba-tiba terganggu saat Arman menepuk pundakku sambil berkata,
"Ternyata kita beruntung ya No! Dapet pembina cewek. Kalau gue urut dari semua pembina cewek yang ada di depan, gue berpendapat kalau pembina kita itu yang paling cantik."
"Ah bisa aja kamu Man, tapi memang sih. Cantik banget dia."balasku sambil tertawa kecil.
"Tadi siapa namanya No? Gue lupa."
"Namanya Kak Tasya Man. Masa baru lihat kamu sudah lupa?"
"Saking terpesonanya gue lihat dia No. Semoga aja dia jomblo, bakal gue skill Kak Tasya."ucap Arman yakin.
Ternyata bukan aku saja yang terpikat oleh Kak Tasya, Arman kelihatannya suka juga. Dasar Arman, kalau begini sulit bagiku menjadi mahasiswa baru yang paling dekat di matanya. Sifat Arman yang cenderung agresif bisa mengalahkanku.
"Skill? Emang kamu bisa Man? Secara dia itu kakak kelas."
"Terus apa bedanya No? Menurut gue mau itu kakak kelas, mau adik kelas, nggak ada bedanya di mata gue kalau masalah skill itu No!"
Arman menjadi ancamanku yang utama untuk dekat dengan Kak Tasya. Ia tampak tidak main-main dengan ucapannya tadi. Dengan hal ini, aku jelas tidak boleh kalah langkah dari Arman ketika Kak Tasya mendatangi kelompok ini. Jika Kak Tasya mencari ketua kelompok, aku bakalan memberanikan diri untuk mengajukan diri. Dengan begitu aku dan Kak Tasya akan semakin dekat.
***
"Bagaimana perkenalan dengan para pembina kalian? Asyik tidak?"sahut MC acara yang kembali naik ke panggung.
"Asyiiiiikk."ujar para mahasiswa baru.
"Baiklah kalau begitu, kita langsung ke acara selanjutnya ya. Nanti kalian akan dibimbing oleh pembina kelompok untuk menuju ke lokasi yang sudah ditentukan. Di sana kalian akan diberi penjelasan untuk tugas besok. Jadi kalian harus memperhatikan pembina kalian dengan seksama. Mengerti tidaaakk?"
"Mengerttttii..."
"Sebentar lagi bakal ada Kak Tasya nih."batinku dalam hati.
Para pembina pun langsung turun dari panggung dan menuju ke barisan kelompok. Sayang sekali, aku yang baris di belakang kesulitan untuk melihat keadaan yang di depan. Mencuri start dari Arman pun gagal kulakukan. Ini semua karena aku yang datang kesiangan. Sialan.
"Ah No, Kak Tasya di barisan depan lagi, kita jadi nggak dapat bagian nih karena kita paling belakang."keluh Arman sama.
"Iya man, kita kesiangan. Jadi nggak tahu apa yang diomongin di depan."
Barisan kelompok delapan berjalan maju. Tidak tahu tujuannya mau kemana, yang jelas aku hanya bisa mengikutinya.
"Kita mau kemana No?"tanya Arman.
"Aku juga nggak tahu Man."
"Kalau begini sih, mending gue nyerobot ke depan aja!"
Arman pun langsung keluar dari barisannya dan berlari ke arah depan. Caranya yang curang itu membuatku kesal dengannya.
"Curang banget dia!"