Skills

Imajiner
Chapter #16

Arman Lugimansyah - 7. Kenyataan Pahit

Suasana ternyata bertambah buruk. Gue dan beberapa maba yang lain enggak tahu mau dibawa kemana sama mereka karena kepala kami semua ditutup kain hitam dan dipaksa berjalan dengan arahan senior. Gue merasa hakikat gue sebagai mahasiswa baru nggak jauh beda sama penjahat yang sering gue lihat di berita. Yang gue takutin cuma satu, senior-senior rese ini bakalan bawa kami menjauhi kampus. 

Setelah berjalan cukup panjang, senior menyuruh kami untuk berhenti.

"Buka kainnya! Cepat!"ujar senior bersuara serak ini.

Ketika gue buka kain hitam ini, mata gue seakan silau melihat matahari. Tetapi silauan itu perhalan hilang. Gue kaget melihat sudah ada beberapa maba yang sudah lebih dulu sampai.

"Ngapain kamu lihat-lihat hah?"bentak senior bersuara serak ini.

Ternyata gue masih harus menundukkan kepala rupanya.

"Nama kamu siapa?"kembali tanya si suara serak ini yang sepertinya bertugas menghukum gue.

"Arman Lugimansyah kak."jawab gue pelan.

"Heh Arman, kamu kemarin ikut Technical Meeting nggak sih?"

"Ikut kak."

"Kalau ikut, kenapa kamu bawa sapu lidi hah? Kamu tahu nggak disuruhnya bawa apa?"

"Tahu kak, disuruhnya bawa sapu ijuk."

"Nah itu kamu tahu, kenapa kamu malah bawa sapu lidi?" 

"Sapu ijuk saya dipakai kak."jawab gue yang masih terus nunduk.

"Beli dong makanya! Atau nggak pinjam ke tetangga! Gimana sih."

Gimana gue mau minjem tetangga? Orang gue sampe rumah malem-malem kehujanan. Masa gue gangguin tetangga malem-malem cuma buat pinjem sapu doang?

"Masalahnya kak, kalau mau pinjam juga..."

Belum selesai gue bales, si suara serak langsung membalas dengan nada tinggi,

"Kamu nggak saya suruh beralasan! Push-up 50 kali!"

Sialan banget si suara serak ini. Seenaknya nyuruh gue push-up cuma karena salah bawa sapu doang.

Ketika gue push-up, gue sekilas melihat para maba yang nasibnya sama kayak gue, menjadi bulan-bulanan senior. Ada yang disuruh joget nggak jelas lah, ada yang disuruh push-up kayak gue dan ada juga yang... Ngomong sama pohon? Apa maksudnya si senior rambut ikal menyuruh maba seperti itu? Kenapa elo mau-maunya dibodohi dia??

"Pandangan tetap ke bawah! Jangan lihat kemana-mana!"tegur si suara serak ke gue.

Kalau gue jadi maba yang diawasi si rambut ikal, gue bakalan nolak mentah-mentah suruhannya itu.

"48... 49... 50.. Sudah selesai kak."cetus gue sambil berdiri dan menunduk ke sikap semula.

"Keluarin semua barang yang kamu bawa!"

Gue pun langsung melakukan suruhan si suara serak ini untuk mengeluarkan barang-barang yang ada di tas kardus gue. Mulai dari makanan berat, makanan ringan, minuman sampai kerangka buku gue keluarin semua.

Setelah puas di acak-acak oleh si suara serak, dia bertanya,

Lihat selengkapnya