Skills

Imajiner
Chapter #19

Arman Lugimansyah - 8. Menyadarkan

Di malam hari, sambil memandang langit gue masih merenung nggak percaya kalau Kak Tasya sudah punya pacar.

"Gue dibutakan sama pesona Kak Tasya. Tapi ternyata, dia udah punya pacar. Sia-sia gue melakukan skill. Bego banget sih gue, kenapa coba gue melakukan hal itu?"

Sambil termenung, gue teringat dengan sesuatu.

"Oh iya Nino! Dia kan ngincar Kak Tasya juga, tapi dia masih belum tahu kalau Kak Tasya udah punya pacar."

Gue yang nggak mau teman pertama gue di Mandalawangi senasib kayak gue, menaruh harapan kosong ke Kak Tasya mencoba untuk membantunya.

"Besok gue bakal ceritain semuanya ke dia!

Tapi gue berpikir kalau itu enggak gampang, 

"Tapi susah juga sih bujuk Nino melupakan Kak Tasya. Bisa-bisa Nino nganggap gue cemburu sama dia. Gimana ya?

Gue yang terdiam lama, akhirnya menemukan jalan keluar,

"Gue harus bersikap wajar layaknya gue masih ngincer Kak Tasya. Ini cara yang paling bener dan paling ampuh!"

***

Ospek kedua hari ini menugaskan gue, Nino dan beberapa anggota lain membersihkan kelas. Untungnya gue udah pinjam sapu ijuk dari tetangga gue, jadinya enggak kepisah sama kelompok ini apalagi kepisah sama Nino. Eh, tapi kok dia malah melamun? Jangan-jangan dia melamunin Kak Tasya.

"Eh No! Elo malah melamun! Kerjaan belom beres nih!"ujar gue dengan suara keras.

"Iya Man iya. Sabar dong!"balas si Nino sambil kembali menyapu.

Sesaat kemudian, si orang Sunda, Reza bicara dengan logat khasnya.

"Ini senior kompakkan ngerjain kita ya?"

"Maksud kamu apa Za?"tanya Nino yang menyapu di sebelahnya.

"Harusnya alat-alat yang kita bawa untuk tugas kebersihan ini teh,harusnya beda-beda atuh No! Bukannya bawa sapu ijuk semua. Aku kan jadi susah mau membersihkan jendela karena pakai tisu seadanya. Kotor lagi, kotor lagi jadinya."

"Sudah Za! Pakai sapu ijuk saja! Masa dianggurin sapu ijuk kamu itu?"sindir Yasa, anggota kelompok yang lain.

Sindirannya konyol Yasa buat gue dan teman-teman lain tertawa terbahak-bahak. Tapi Nino terlihat enggak ikut tertawa dan dia malah ikut-ikutan membalas,

"Sudah Za jangan mengeluh! Lakukan saja persis sama yang disuruh."

Suasana langsung sunyi ketika Nino berkata itu. Gue heran melihat Nino, tumben banget dia lugas kayak gitu.

"Buat apa ya kita lakukan ini? Kalau cuma beres-beres gini, suruh aja cleaning service kampus." Cetus Bobi.

"Iya! Setuju banget aku Bob. Emang dasar senior nggak becus ngatur jalannya ospek tahun ini!" Balas Raka.

"Iya Bob! Nggak ada pemikiran kali ya mereka?"kali ini ujar Wilson.

Rupanya mereka semua merasakan apa yang gue rasakan. Gue juga mikir sih, tugas membersihkan kelas ini gunanya apa? Kekompakkan?

"Berhenti! Jangan ribut! Kalian nggak tahu ya? Tugas ginian tuh menguji kekompakkan kita! Makanya berhenti melihat dari sisi negatifnya saja!"tegur Nino.

Kenapa sih sama si Nino? Kenapa sikapnya terus-menerus bela para senior? Gue yang gatal sama sikap Nino, mencoba membalasnya.

"Iya sih No buat kekompakkan, tapi coba elo pikir lagi deh! Sepanjang gue ikut ospek ini, belom gue temuin nilai positif yang bener-bener baru."

"Belum?"

"Iya Belum. Begini ya, gue sebenernya tahu kalau acara ginian tuh nggak bakal ada gunanya sama sekali. Paling sisi positifnya itu-itu aja, kita bersosialisasi, mengenal watak, dan sifat-sifat manusia yang ada di sini. Selebihnya, kegiatannya sama sekali nggak ada yang penting. Mulai dari cari barisan sampai bersih-bersih kelas kayak gini."

Para anggota lain terlihat setuju mendengar balasan gue, tapi si Nino malah sinis melihat gue. Apa apa sih sama elo No? Gue rasa otak elo udah kecuci sama senior termasuk Kak Tasya.

"Suutt.. Suuttttt... Jangan berisik! Kak Tasya jalan kesini!"ucap Doni yang bertugas menyapu di bagian depan.

"Elo semua tahu? Hal positif yang harus dijaga dari acara negatif begini ya cuma Kak Tasya." Sahut gue dengan nada menyindir.

Kembali tawaan meramaikan kelas ini dan lagi-lagi Nino enggak ikut tertawa. Tepat dugaan gue, kalau dia kesal lihat gue yang terus memojokkan kepengurusan ospek yang di dalamnya ada Kak Tasya. Kasihan banget si Nino kalau begitu terus, yang ada dia menyiksa diri karena belum tahu kenyataan di depan seperti apa.

"Hei, hei... Kakak dengar dari luar kok kalian malah asyik ketawa ya?"tanya kak Tasya yang baru masuk ke dalam kelas.

"Ah kata siapa kak? Ini buktinya kita lagi beres-beres."jawab gue yang mencoba tidak berbeda di hadapan Kak Tasya.

"Kakak dengar sendiri tahu! Kamu nggak bisa bohongin kakak."

"Ih aku nggak bohong kak. Rugi kalau aku bohongin kakak."

Ucapan gue yang terkesan genit itu membuat para anggota lain tertawa. Untuk Nino? Jangan di tanya deh...

"Ya sudah, sudah. Kakak kesini mau minjam Nino sebentar, boleh?"

"Kok yang dipinjam cuma Nino saja sih kak? Aku nggak dipinjam juga nih?

"Kan ketua kelompoknya Nino. Dia bakal bawain kalian minuman kok."

Gue yakin, pasti di balik suruhan Kak Tasya itu ada sesuatu hal yang coba ditutup-tutupi mereka berdua. Tapi apa ya? Ah sudah, jangan dipikirkan dulu. Kembali ke sifat semula!

"Ya sudah sana No ikut Kak Tasya, ambil minuman yang banyak! Gue haus No."cetus gue kepada si Nino.

Si Nino lalu menaruh sapu ijuknya dan beranjak pergi sambil diikuti Kak Tasya.

"Lanjutin lagi ya! Awas kalau ketawa-tawa lagi!"sontak kak Tasya dengan suara keras.

"Siap kaaaaaaaaaak."balas gue dan anggota yang lain.

***

Ketidakadaan Nino di kelas membuat gue coba bertanya perubahan sikapnya kepada semua anggota kelompok.

"Eh, elo-elo merasa nggak sih kalau sifat si Nino tadi berubah?"

"Bener banget Man! Tumben banget hari ini sifat si Nino jauh lebih serius dari hari kemarin." Ucap Bobi.

"Aku setuju sama Bobi, padahal kemarin-kemarin sifatnya masih santai aja tuh."giliran Yasa yang beragumen.

Ternyata bukan cuma gue yang merasa, anggota-anggota yang lain juga merasa begitu. Gue beranggapan kalau perubahan sifat Nino tadi dikarenakan gue dan anggota lain berusaha memojokkan kepengurusan ospek yang di dalamnya ada Kak Tasya. Tampaknya agar tugas gue menyadarkan dia sempurna, gue harus minta bantuan anggota-anggota di sini.

"Begini ya, gue rasa si Nino itu udah kena cuci otak sama keadaan di sini."

"Wah? Yang bener kamu Man?"tanya Reza.

"Beneran Za! Serius! Gini, jadi gue punya ide untuk menyelamatkan si Nino dari perubahan sikapnya ini."

"Mau apapun idenya, aku percaya banget deh ke kamu! Apalagi ide kamu kemarin yang membuat senior mundur, aku suka banget Man!"

Anggota lain tertawa mendengar ocehan Yasa itu. Gue seneng perbuatan kemarin bisa membekas bagi para maba.

"Sudah-sudah jangan ribut. Begini idenya, gue pengen pas si Nino sama Kak Tasya datang, elo semua harus rubah sikap elo! Yang asalnya sikap elo-elo biasa aja, rubah jadi nakal dan yang terpenting...."

Lihat selengkapnya