Sky Before You

Cellestine
Chapter #3

Tiga

Setiap atom memiliki inti bermuatan positif yang dikelilingi elektron-elektron bermuatan negatif. Kanaya adalah energi bermuatan positif yang begitu besar. Wajah cantik, tubuh indah, dan kepribadian yang baik, siapa lelaki yang bisa berpaling dari pesonanya? Tidak heran jika banyak sekali elektron-elektron negatif yang mengelilinginya, beredar pada orbit tertentu, mencari celah untuk mendekat. 

Secara mekanika kuantum, posisi elektron dalam mengelilingi inti atom tidak diketahui secara pasti. Hanya bisa diperkirakan menurut prinsip ketidakpastian Heisenberg. Jika ditilik secara kasat mata, maka elektron dengan orbital terdekat dan jari-jari terpendek dari Kanaya adalah gue.

Iya, gue. Siapa lagi cowok yang bisa santai-santai tiduran di pangkuan Naya selain gue? Sepengetahuan gue sih nggak ada. 

Dari tadi gue nggak berhenti senyam senyum. Setelah mandi besar, muka gue diusep-usep sama si cantik. Dipakein masker sambil bobokan ganteng di pangkuannya. Duh, untung ini jantung made in heaven, kalau buatan manusia udah jebol dag dig dug ser mulu dari tadi. Dedek cantik tetep cantik diliat dari sudut pandang manapun, termasuk dari bawah.

"Senyam senyum muluk. Ini nanti maskernya retak! Mamas gimana sih!" gue ditegur.

Buru-buru gue kulum senyum menawan gue, berusaha sebisa mungkin tidak merusak kerja keras dedek cantik.

"Sampai kapan Mamas diem kayak gini?" gumam gue dengan bibir terkatup.

"Ya sampai maskernya kering" jawabnya seraya menepuk-nepuk pelan kedua pipi gue.

"Tapi Mamas laper dek" perut gue meronta-ronta minta dikasih upeti.

"Nanti kalau udah ganteng aku temenin makan nasi goreng di depan."

Gue senyum lebar, "Berarti aku ganteng dong?"

"Dibilangin diem aja, tuh kan jadi rusak maskernya!" si cantik marah.

"Eh iya iya, maaf" buru-buru gue mengkondisikan bibir petakilan gue.

"Sekarang pake masker dulu. Besok aku pakein scrub. Biar ganteng!" Naya benerin masker yang sempat retak karena ulah gue barusan.

"Ya kan Mamas emang ganteng" gue berlaga sombong.

"Ganteng kan karena habis pake produk ini." Perempuan itu menyodorkan sebuah botol masker yang ada di tangannya. "Produk endorsannya Dareen, pasti ganteng dong habis dipakai" dia senyam senyum sendiri.

Pantesan semangat banget. Karena maskernya diiklanin sama cowok metroseksual itu?

"Jadi yang kamu pakein ke aku itu endorsan si peceren?" gue bangkit dari posisi tiduran di pangkuan Naya dengan hati penuh kedongkolan.

"Dareen, bukan peceren!" Naya membetulkan.

"Sama aja. Nggak jadi ah, Mamas nggak mau pake masker ini" gue ngambek.

"Ya udah. Aku juga nggak mau nemenin Mas makan. Mamas makan sendiri aja sono" gue balik diambekin.

Kalau kayak gini kan gue nggak bisa apa-apa.

Gue meletakkan dagu di atas pangkuannya, "Mas kalah deh. Terserah nih muka Mamas mau kamu apain. Tapi jangan ngambek lagi ya?"

Wajah cemberut Naya berangsur cerah. "Nah gitu dong. Ini baru Mamas kesayangan Naya."

Wuhuiiii... gue dibilang kesayangan. Aduh jadi seneng.

"Udah kering ini maskernya. Sini aku bilasin" perempuan itu narik gue ke arah wastafel.

Kanaya semangat banget makein produk-produk yang dikemasannya terpampang wajah artis idolanya itu. Bahkan gue dibawain pulang satu set produk perawatan kulit yang diiklanin si peceren. Ada facial foam, facial scrub, cream pencukur kumis, sampai pembesar anu juga ada. Iya bener gue nggak bohong. Dibayar berapa coba itu laki buat promosiin obat pembesar anu. Mana dibeli lagi sama si Naya.

"Namanya juga fans. Kan mendukung idolanya. Semua yang dipromosiin harus kebeli dong" jawaban Naya saat gue tanya kenapa dia beli itu barang khusus lelaki.

"Terus kamu beli buat apa? Nggak kamu pake juga kan?" gue nanya balik.

Lihat selengkapnya