Gadis berambut panjang ikal itu sedang berbaring lemah. Kepalanya sedikit pusing. "Ahh, ini gara-gara manusia tengil itu," gumamnya sambil memijat kepalanya.
Sedari tadi Mamahnya teriak. Namun ia enggan turun. Sebuah ketukan pintu membuat gadis tersebut beranjak dari tempat tidurnya.
"Di panggil Bunda sana. Makan dulu," ucap Leo
"Ia bentar, aku turun kok," jawabnya
"Arin makan dulu sini. Baru istirahat," teriak Mamah Emma membuat Arin memutar bola matanya malas.
"Nah dengar kan," lanjut Leo
"Iya," jawabnya
Setelah mengganti pakaian, mengenakan kaos oblong biru serta celana tiga perempat kotak-kotak senada. Arin bergegas turun. Makanan sudah siap saji di meja makan.
Para sepupu Arin semua berkumpul di meja itu. Semua makan dengan khidmat setelah itu mereka bergegas keruangan keluarga untuk segera mengobrol apa saja. Sedangkan Arin kembali ke kamarnya untuk mengistirahatkan dirinya.
Sedangkan di ruang keluarga tampak semua berbincang tentang kegiatan mereka. Ada yang bermain PS, dua orang anak remaja sedang duduk mengobrol. Entah membicarakan sesuatu hal.
"Arin, mana. Kok gak gabung sama kalian?" Tanya Leo kakak sepupu Arin yang tertua
"Kayak gak tau Arin aja. Dia biasa semedi di kamar." Jawab salah satu dari mereka
Ada helaan nafas beratnya. Leo sedikit bingung sama adik sepupunya satu itu. Tidak pernah sekali pun bergabung untuk sekedar mengobrol atau melakukan apa saja. Adiknya itu tampak senang menyendiri.
"Hari ini kakak masuk kampus lagi ya?" Tanya Meisha
Leo mengangguk, "Iya, Pesiarnya kan cuman dua hari saja." Jawabnya.
Leo adalah lelaki jangkung berbadan kekar yang saat ini tengah menjalani pendidikan di salah satu kampus pelayaran. Setiap seminggu sekali ia pulang kerumah. Yang biasa di sebut Pesiar.
"Aku mau izin sama bunda Emma. Besok teman-temanku pada mau kesini. Untuk kerja kelompok." Ujarnya
"Emang Bunda Emma kemana?" Tanya Leo
"Lagi di toko, sebentar lagi balik kayaknya," ucapnya
Leo hanya mengangguk kepalanya. Saat itu ia menoleh menatap Arin dengan pakaian rapi. "Mau kemana dek?" Tanya Leo
"Ke Studio Game," jawabnya singkat
"Aku pergi dulu," pamitnya lalu melangkah keluar
Arin memiliki usaha Studio Game yang di bangunnya sejak beberapa bulan yang lalu. Ia bertekad ingin menjadi wanita mandiri. Gadis dingin itu tengah menunggu mobil online yang di pesannya sejak tadi. Tetapi belum tiba.
"Dek, kakak antar aja ya, dari pada nunggu lama," ucapnya menawarkan diri