Kegagalan dalam pertemanan sering kali terjadi. Ada masa di mana kita harus merasa terbaikan. Merasa tidak butuhkan lagi. Bahkan saat teman atau sahabatmu datang di kalah dirinya sedang merasa kesepian saja. Atau hanya sekedar menjadi tempat singgahnya saja kala dirinya sedih.
Apakah kamu sering merasakan hal itu? Tentu saja itu yang di rasakan Arin di masa lalu. Di saat pertama kali ia merasakan memiliki teman yang menganggap ada. Dari waktu pertama kali Arin sekolah. Gadis rambut ikal itu. Tidak pernah lagi merasakan mempunyai seorang teman yang benar-benar tulus padanya.
Gadis rambut ikal itu bahkan sering menyendiri. Lebih tepatnya tidak ada yang ingin berteman dengannya. Bahkan ia sering kali mendapatkan perundungan dari teman sekelas. Bahkan pembullyan massal pun ia dapatkan.
Waktu itu...
Gadis berambut ikal pulang sendiri. Seketika ada sekelompok anak sebayanya menghadangnya. Arin kecil tampak bingung, sepertinya ia tidak mempunyai masalah pada mereka. Apa yang di carinya. Arin tidak memiliki apapun.
"Gadis miskin, gak pantes sekolah di sekolah elit ini," ucapnya menatap tajam
Dua orang temannya memegang lalu memberikan Bogeman pada Arin. Arin kecil jatuh tersungkur di aspal. Memegang bibirnya yang penuh luka.
Sudah menjadi hal biasa baginya, pikirnya lalu tersenyum miris. Tiga orang anak sebayanya itu tersenyum lebar.
"Bangun lawan saya. Kamu tidak pantas berada disini. Dasar mata sipit. Culun. Bodoh lagi." Ujarnya sambil tertawa lebar.
Arin hanya menghela napas kasarnya. "Kenapa sih? Orang-orang benci sama aku. Padahal aku gak punya apa-apa. Aku bodoh. Bahkan selalu ranking di belakang." Ujarnya lalu bangkit berdiri membersihkan pakaian sekolah yang kusut akibat perlakuan mereka.
Arin kecil tahu hampir sekelas membencinya. Namun gadis kecil itu tetap diam dan menerima perlakuan perundungan tersebut.
Muka lebam, baju berantakan. Selalu saja seperti ini kalau pulang sekolah. Berantakan. Melangkah pulang.
Flashback off
Arin menghela napas berat. Lalu menatap kedepan melihat hijaunya rerumputan. Gadis itu tengah duduk di salah satu bangku taman sekolah lalu menatap dua orang yang tengah asik. Entah apa yang dibicarakannya. Arin tersenyum getir. Bahkan seseorang yang dulu ia percayai tega meninggalkannya. Hubungan dengan sahabat pertamanya menjadi berantakan. Gadis rambut Bondol itu beranjak dari tempatnya. Ia memilih pergi ke rooftop. Menyendiri itu lebih baik dari pada harus melihat sahabatnya yang tengah bahagia.
Awal pertemuan yang singkat,
Hari pertama masuk sekolah ke jenjang sekolah menengah pertama. Arin memasuki koridor bersama anak-anak lainnya. Semua siswa langsung ke kelas masing-masing. Arin melangkah masuk mencari bangku yang menurutnya masih kosong. Seketika ada seorang perempuan rambut sebahu memakai bando berwarna putih.
"Hai, kamu mencari tempat duduk?" Tanyanya
Arin mengangguk samar menatap datar orang itu. "Ya,"
"Aku ada tempat duduk. Disana di sebelahku. Mau duduk bareng," ucapnya memberi penawaran. Arin menatap semua tempat duduk sudah terisi. Lalu beralih menatap perempuan berambut sebahu itu.
"Boleh,"
Keduanya duduk di bangku masing-masing. Gadis rambut sebahu itu mencoba memperkenalkan dirinya.