Sudah satu Minggu Andra terus berada di dekat gadis dingin itu. Saat ini mereka berada di perpustakaan. Seperti biasa Arin menggambar serta earphone yang ada di kepala tanpa memperdulikan adanya Andra di dekatnya. Lelaki itu terus memperhatikan Arin yang terlalu sibuk dengan dunianya sendiri hingga melupakan keberadaannya.
Andra merebut sketsa itu hingga membuat Arin tersentak kaget. Arin melepaskan earphonenya lalu menatap Andra sengit.
"Ahh, Gila gambar kamu bagus banget. Kalau di lelang bisa jutaan nih harganya." Ujarnya menatap binar.
"Ngaco, sini buku aku,"pinta Arin
"Abin please deh. Aku ada cara biar gambar kamu di lihat orang," cetusnya memberikan ide.
"Apa sih. Sini ga buku aku." Kesal Arin kembali merebut buku kesayangan itu.
"Galak amat, kayak singa," ucap Andra memelas membuat Arin menatap tajam sementara Andra memberengut sambil menopang wajahnya.
"Dasar jelek," gumam Arin lalu beranjak dari bangkunya. Diikuti oleh Andra yang mengekor di belakangnya.
Jam kosong kelas membuat Arin tak nyaman berada di kelas. Membuat gadis itu memilih tempat yang sepi. Andra semakin bingung dengan tingkah Arin yang sulit untuk di tebak. Arin adalah gadis misterius yang di temui oleh Andra.
Suasana kantin yang sepi membuat Arin duduk di salah satu tempat. Andra menyerngit bingung menatap gadis dingin tersebut. Setelah memesan makanan gadis itu duduk sembari memainkan ponselnya.
Andra yang tidak biasa berada di keheningan mendengus kesal. "Hei, aku bukan patung kali di anggurin." Celetuknya
Arin menyerngit heran, "Yang bilang patung siapa?" Tanyanya
Andra gegalapan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Menampilkan cengiran lebar. "Hehe biar ga awkward aja," ujarnya
Arin memutar bola matanya malas. Menatap jengah. Hingga pesanan mereka datang. Andra menatap binar pada makanan yang ada di hadapannya. Dengan lahap ia memakan makanan tersebut.
"Pelan-pelan kalau makan. Ntar keselek tau rasa Lo," Omel Arin padanya
Uhuk uhuk
"Nahkan baru juga aku bilang, udah terjadi," ucap Arin ketus
Andra menatap tak percaya pada gadis yang ada di hadapannya. Dengan senyum mengembang akhirnya ia bisa mencairkan es kutub Utara itu.
"Akhirnya ngomong panjang juga. Aku senang," ujar Andra
"Makan," perintahnya Andra menghela napas panjang
"Ya, balik lagi semula," ucap Andra lesuh
Sementara Arin fokus pada makanan tanpa memperdulikan ocehan dari manusia aneh seperti Andra ini. Setelah selesai makan keduanya beranjak pergi. Andra tau Arin tidak suka berada di keramaian. Hingga langkahnya terhenti melihat ada anak yang tengah di bully. Arin mengepalkan tangannya. Andra menatap heran. Gadis rambut ikal itu berusaha menenangkan dirinya. Entah mengapa bayang-bayang masa lalu seketika menghampirinya.
"Bantuin dia, Ndra," pinta Arin
"Hah!"
"Cepet sekarang!" Perintahnya yang segera di angguki oleh Andra
Setelah Andra pergi, Arin bergegas pergi ke toilet untuk meredakan sakit kepala yang menyerangnya. Sesampainya di toilet Arin segera masuk ke salah satu bilik. Gadis itu duduk sambil memegang kepala. Menggeram.
Dasar anak babu