SKY

Asrina Lestari
Chapter #12

Dekat

Semenjak dekat dengan Andra, kehidupan Arin jadi berwarna. Gadis itu sekarang terkekeh karena kelakuan konyol Andra. "Apa sih Ndra. Gak jelas banget tau gak," cetus Arin

"Jelaslah. Kan burung merpati pasangan burung merpati juga tapi betina," jelas Andra lagi. Makin lama makin Absurd aja nih orang, pikir Arin.

Saat ini keduanya berada di anak tangga sedang duduk, Andra berdiri lalu melakukan hal tak terduga. Riana yang baru saja datang dari atas seketika menatap cengo pada lelaki jangkung itu.

"Wedehh, asik berduaan nih. Gak ke kantin kalian?" Tanya Riana

Arin diam, Andra hanya menggeleng kepalanya. "Nggak. Cuman tadi beli minum doang." Jawab Andra

Lelaki jangkung itu tau bahwa Arin tak merasa nyaman di berada di keramaian. Apalagi ke kantin, Riana hanya tersenyum lalu mengangguk. "Kalau gitu aku duluan ya, anak-anak pada nungguin disana." Pamit Riana

Setelah kepergian Riana, Andra dan Arin bergegas ke taman belakang. Karena koridor sekolah bahkan sudah mulai penuhi oleh siswa-siswi.

Satu fakta yang baru Andra ketahui, Arin tidak terlalu suka keramaian. Bahkan ia lebih sering melihat gadis rambut ikal itu duduk di taman belakang ketimbang ke kantin.

"Kenapa gak pernah ke kantin. Lagian aku gak pernah liat kamu makan disana." Ujar Andra

"Males, aku tuh gak suka tempat yang ramai. Enakan disini. Sejuk dan hening." Balas Arin

Andra hanya mengangguk tersenyum menoleh menatap Arin yang sedang mengadah ke atas langit biru. Sejenak Andra berfikir setiap di taman belakang ataupun di rooftop Arin selalu menatap langit.

"Sesuka itu kamu sama langit?" Tanya Andra tiba-tiba

Arin tersenyum tipis lalu mengangguk, "Iya,"

"Emang ada apa sih dengan langit? Yang ada hanya awan dan langit warna biru doang." Ucap Andra masih bingung dengan pemikirannya sendiri.

"Karena disana ada Papa aku," gumam Arin pelan tetapi Andra mendengarnya. Ada helaan napas berat. Iya, Arin merindukan Ayahnya, sudah sepuluh tahun lamanya Ayahnya pergi meninggalkannya. Andra terdiam mendengar fakta itu.

Ia masih beruntung masih bisa merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya yang utuh tapi tidak dengan Arin. Andra mengusap bahu Arin pelan tersenyum lebar.

"Maaf," ucap Andra

"Gapapa," jawab Arin singkat

---

Pulang sekolah Arin dan Andra bergegas pergi ke Studio Game. Ya, Arin selalu kerja setiap pulang dari sekolah. Gadis rambut ikal itu lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menjalankan usaha miliknya dari pada untuk sekedar bermain dengan sebayanya.

Bahkan Arin ikut bermain game untuk sekedar menghilangkan rasa penatnya. Gadis itu tak memiliki banyak teman. Trauma di Masalalu membuat dirinya menutup diri. Arin tampak fokus bermain game dengan stick control yang di pegangnya.

Lihat selengkapnya