Arin duduk mematung saat melihat seorang lelaki yang sedang duduk mengobrol bersama teman sebangkunya. Entah apa yang di bicarakan sungguh sangat menarik perhatian. Lelaki berlesung pipi dua itu sangat tampak manis di penglihatan Arin. Tapi kenapa Arin baru menyadari keberadaannya. Apakah selama ini Arin sering pergi menyendiri di tempat sepi tanpa ada yang mengetahui adanya sosok lelaki yang mungkin di bisa di katakan humoris.
Riana yang menyadari dari gelagat teman sebangkunya itu seketika menepuk bahunya pelan. Arin tersentak kaget lalu menoleh kearah Riana yang sedang menatap. "Liatin siapa?" Tanyanya
Arin menutup matanya, entah apa yang bisa dia jawab pada Riana. "Eh, nggak." Jawab Arin kikuk
Riana tersenyum penuh arti, "Ohh dia itu temennya Raka, mau aku kenalin," ujar Riana. Arin menatap cengo. Aduh, bisa-bisanya aku ketahuan. Pikir Arin lagi merutuki dirinya sendiri.
"Ahh, gak usah," jawab Arin lagi
Gadis rambut ikal itu kembali menghela napas panjang. Hingga akhirnya sosok lelaki jangkung datang tepat pada hadapannya. Arin mendengus sebal. "Andra, bisa gak sih kalau datang itu yang benar kenapa,"
"Hehe, maaf Abin. Yuk ke tempat biasa," ajaknya langsung di angguki oleh Arin.
"Ciyee yang hari-hari bareng," ledek Riana
"Ohh jelas dong. Nih kulkas 12 pintu harus cairin dulu." Balas Andra dengan cengiran lebar. Arin memutar bola matanya malas. Lalu melangkah pergi bersama Andra.
"Gimana kantin dulu apa rooftop?" Tanya Andra menyamai langkahnya
"Menurutmu," jawab Arin singkat
Andra yang mengerti seketika melangkah bersama pergi. Setelah membeli beberapa makanan serta minuman. Keduanya kini berada di rooftop tempat yang selalu nyaman bagi Arin dan Andra.