Hal yang tidak terduga kini terjadi pagi tadi. Arin mengepalkan kedua tangannya merasa malu terhadap kejadian itu. Ia menghela napas beratnya setelah pernyataan cinta itu secara mendadak baginya. Bukan ini yang di inginkannya. Tetapi Riana yang mengetahui perasaannya terhadap pada lelaki berlesung pipi dua itu membuat dirinya merasa malu.
Kini Arin berdiam diri di rooftop. Ia masih memejamkan matanya merasakan sakit akibat penolakan itu. Serta rasa malu menyertainya. Ahh entah itu apa? Usaha perasaan yang ia tutupi akhirnya terungkap begitu saja.
Ia menelungkup membenamkan wajahnya di antara kedua lututnya. Ternyata begini rasanya di tolak. Arin menghela napas gusar.
Flashback
Arin terkejut ketika Riana memanggil dirinya, entah itu apa? Gadis rambut gerai panjang itu seketika membawa Arin entah kemana, hingga akhirnya Arin mematung saat menatap lelaki yang di sukai berada di sana bersama seorang gadis berambut sebahu.
"Kenapa, ayoo." Ucapnya dengan menarik lengan Arin. Gadis rambut ikal itu hanya bisa pasrah. Lelaki itu menatap Arin lekat.
"Nah akhirnya Arin datang juga," ujar gadis rambut sebahu itu.
"Hmm, ada yang ingin kamu ungkapkan pada Bagas?" Tanya Riana
Arin menatap mereka bingung. Juga pada lelaki bernama Bagas juga bingung. Mengungkapkan apa ini?
"Apa benar kamu suka sama Bagas?" Tanya Riana
Boom!
Arin terkejut dengan pertanyaan yang di tujukan padanya, sedangkan Bagas ia menyerngit dahinya. Sungguh hal yang tak terduga kini terjadi. Arin menghela napas berat lalu mengangguk kecil. Riana yang mengerti lalu mengatakan "Iya,"
Gadis itu memejamkan matanya, ada rasa perasaan malu. Kenapa bisa seperti ini. Penembakan macam apa ini?
"Maaf Rin, Aku gak bisa," ucap Bagas pelan
Ada rasa sesak yang ia rasakan, mencoba tenang tak memperlihatkan. "Ok, makasih," jawab Arin. Patah hati sudah dirinya saat ini. Ingin rasanya Arin berlari namun ia tetap berdiri sambil tersenyum tipis di hadapan Bagas. Sementara Riana hanya bisa menghela napas pelan. Lalu menatap Arin penuh sesal. Ia tak pernah membayangkan sakitnya patah hati. Tetapi melihat Arin yang tersenyum tipis menyiratkan luka.
"Kamu gapapa?" Tanya Riana
"Gakpapa," jawab Arin tegas
"Kalau begitu, Aku permisi," lanjutnya lalu melangkah pergi.
Flashback off
Dan disinilah Arin berada di rooftop tempat ia menenangkan diri. Arin menyukai tempat yang tenang, menatap langit biru yang indah. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas siang itu artinya Arin sudah berada disini setengah jam lalu. Jam kosong membuatnya berdiam diri di rooftop. Duduk melihat kegiatan para siswa di bawah sana.