Arin menatap bingung pada lelaki jangkung yang berjalan melewatinya begitu saja. Biasanya lelaki itu terus mengganggunya bahkan membuat dirinya kesal. Tetapi kenapa rasanya ada beda saat ini. Arin hanya tersenyum tipis memaklumi. Lalu kembali melangkah menuju perpustakaan.
Sesampainya di perpustakaan Arin terkejut dengan kehadiran lelaki berlesung pipi itu tersenyum padanya. Keduanya duduk berhadapan. Entah kenapa Arin menjadi kepikiran pada Andra. Ia menghela napas mungkin itu perasaannya saja.
Memasang earphone mendengar lagu serta melanjutkan bacaannya. Bagas terus memperhatikan Arin dalam diam. Entah apa yang terjadi dalam dirinya sehingga ingin dekat pada gadis misterius seperti Arin. padahal dulu ia sudah menolak gadis itu sebelumnya. Lalu kenapa ia ingin kembali dekat. Apa hanya penasaran saja atau sekedar kasian. Ia bingung pada dirinya sendiri.
Di sisi lain. Andra yang sedang duduk di kantin berkumpul pada teman-temannya. Andra yang terus diam. Ramon menatap bingung. "Ga, si curut kenapa jadi diam begitu. Tidak biasanya?" Tanya Ramon
Angga menoleh mengendikkan bahunya bingung. "Nggak tau. Lo aja tanyain sana," suruhnya
Ramon memutar bola matanya malas. Mendengus pada Angga yang tak mengerti situasi saat ini. Dengan inisiatif yang tinggi Ramon duduk tepat di samping sahabatnya itu.
Sementara di lain sisi Arin sedang duduk termenung mengaduk jus minuman sedari tadi. Bagas menghentikan makannya sejenak menatap Arin bingung.
"Kok cuman di aduk aduk doang?," tanya Bagas
Arin yang tersadar seketika tersenyum paksa, "Aku gakpapa kok," jawabnya
"Kalau ada masalah bilang ya, jangan di Pendem gak baik Lho," ucap Bagas menawarkan tetapi Arin hanya balas tersenyum kikuk.
Kantin sudah mulai ramai gadis rambut sebahu itu beranjak diikuti oleh Bagas. Setelah selesai makan. Keduanya kini berada di taman belakang sekolah. Rasanya sangat nyaman dengan suasana sejuk. Bagas yang akhirnya paham mengapa Arin jarang terlihat di keramaian. Karena gadis itu merasa tidak nyaman.
"Maaf," ucap Bagas
Arin menoleh bingung, "Kenapa minta maaf?" Tanyanya
"Karena ajak kamu ke kantin. Padahal kantinnya lagi ramai," jawab Bagas polos
Arin terkekeh, "Gakpapa, lagian tadi gak terlalu ramai banget," jawabnya
Seperti biasa Arin mengada menatap langit yang penuh warna. Bagas masih memperhatikannya. Betapa bodohnya ia baru menyadari ada gadis semanis Arin. Dan ia nyaman berada di dekatnya.
"Hmm, kapan-kapan kita jalan yuk," ajak Bagas
"Jangan mau sama si kucrut. Dia mah buaya," Bukan Arin yang menjawab melainkan Andra. Entah sejak kapan lelaki jangkung itu berada di dekatnya, Arin tidak tahu.
Bagas mendengus menatap tajam Andra yang meledeknya. "Dih, datang-datang nyolot." Balas Bagas tak mau kalah.
"Udah deh Rin, mending sama aku. Lagian Bunda tadi chat aku. Bilang mau singgah di swalayan aku di suruh beliin sesuatu katanya." Jelas Andra
Arin makin bingung, sedari tadi ia memikirkan sikap Andra yang suka berubah ubah. Sekarang lelaki dan mengajak pergi. Bunda nih ada ada aja. Ucap Arin dalam hati.