Arin tengah menatap dua minuman yang ada di hadapannya. Lalu beralih menatap dua orang yang saling melempar tatapan tajam. Arin menghela napas gusar. Sudah seminggu Arin menjadi bahan berebut antara Andra dan Bagas. Keduanya menunjukkan bahwa mereka menyukai Arin secara terang terangan.
Gadis itu beranjak dari tempat untuk membeli minum lainnya. Lalu kembali duduk di tempatnya semula.
"Kok kamu beli sih, kenapa nggak minum ini aja," celetuk Andra
"Dih! Pede Lo. Arin jelas gak sukalah. Lo beli minuman ginian." Tukas Bagas tidak mau kalah
Andra mendengus, "Aku gak suka minuman kalian," ucap Arin dingin sedingin gunung Everest
Keduanya lelaki itu terdiam. Jika Arin sudah mode begini mereka baru akan menampilkan cengiran lebarnya. "Maaf ya, aku tidak tahu," ucap Bagas lembut
Andra berdecih tidak suka. "Dasar play victim Lo," gumamnya berdecih
Arin tersenyum tipis saat melihat Riana datang bersama Ramon pacarnya. Hingga gadis rambut panjang itu duduk disamping Arin. Sedangkan Ramon. Duduk disebelah Andra.
"Kalian kenapa sih? Mukanya ditekuk gitu. Terus ini minuman kenapa banyak begini?" Tanya Ramon bertubi-tubi.
"Tanya ada dua curut ini," jawab Arin
Ramon yang mengerti seketika tertawa lebar, "Astaga, Arin punya pesona gak maen-maen. Sampe direbutin." Komentarnya
Arin memutar bola matanya malas. Memilih membuka ponselnya. Sedangkan dua mahluk itu hanya duduk diam saja sembari melempar tatapan peperangan.Arin mengangkat lengannya menatap jam. Sebentar lagi akan masuk kelas akhir. Masih ada pekerjaannya sebelumnya pulang kerumahnya.
Saat ini Arin sedang dalam perjalanan pulang. Setelah melewati perdebatan dengan Andra yang kekeuh ingin mengantar Arin pulang. Gadis itu hanya bisa pasrah dan memilih untuk diam saja. Sepanjang jalan Arin hanya memejamkan matanya. Ia sedikit pusing karena banyaknya kegiatan. Di tambah lagi pekerjaannya ketika pulang sekolah.
Andra menoleh menatap sembari tersenyum tipis. "Dianya tidur," ujar Andra
Hingga akhirnya mobil Mazda berwarna biru itu masuk kedalam pekarangan rumah. "Rin, bangun udah sampe," ucap Andra sembari menepuk pipi Arin.
Gadis rambut sebahu itu mengerjap matanya hingga, "udah sampai ya," ucap Arin
Andra mengangguk, "Makasih," ucap Arin lagi
Gadis rambut sebahu itu melangkah masuk setelah melihat kepergian Andra. Ia menghela napas gusar saat melihat begitu banyak orang di dalam. Arin mendengus kecil lalu melangkah masuk dengan wajah datarnya. Semua orang tertuju padanya saat kedatangan dirinya.