Suasana riuh mulai terasa sejak pagi. Aula penuh hiasan lampion, tenda-tenda berjejer rapi di halaman, dan aroma yakisoba menyeruak ke segala arah. Aku berdiri di depan kelas, menarik napas panjang. Hari ini, rencananya aku hanya akan membantu di balik layar—menjaga booth, memperbaiki dekorasi yang copot, dan sebisa mungkin menghindari keramaian.
Namun, tentu saja, hari tenang itu hanya angan kosong.
"Kaak~! Cobain yakisoba buatan aku dong! Harus, ya! Harus!"
Sebuah suara nyaring menyapa dari arah kiri. Yuki, adikku yang penuh energi, sudah menarik-narik lengan seragamku menuju booth kelasnya. Senyumnya lebar, dan tanpa menunggu jawaban, dia sudah menyodorkan piring styrofoam padaku.
Aku terdiam sejenak, menerima piring itu dengan pasrah.
"...Rasanya kayak nyicip lava aktif," gumamku setelah suapan pertama.
Yuki tertawa puas. "Berarti kamu hidup, Kak!"
Sebelum aku sempat menyelamatkan diriku, terdengar suara lain yang tak kalah familiar.
"Masachikaa~!"
Miyamae Nonoa, berdiri anggun dengan cosplay maid berenda putih, melambai heboh sambil membagi-bagikan pamflet.
"Jangan lupa mampir ke maid café kelas kita, ya! Khusus kamu, aku siapin menu spesial—spesial banyak gombalan!"
Aku menghela napas, menyeringai kecil. "Satu hari aja pengin tenang... rasanya kayak minta salju turun di musim panas."