Setelah Festival Olahraga dan sesi board game yang penuh tawa, suasana sekolah tiba-tiba berubah drastis. Langkahku terhenti di depan papan pengumuman besar di lorong kelas.
> UJIAN AKHIR SEMESTER – MINGGU DEPAN
Seketika dunia terasa lebih sunyi. Teman-teman jadi pendiam, kantin kehilangan keramaiannya, dan ruang belajar selalu penuh sesak setiap sore. Tapi, seperti biasa, circle kami punya caranya sendiri untuk menghadapi ujian.
---
Timku: Chaos Terorganisir
Aku memutuskan untuk mengadakan “kelas darurat” sepulang sekolah. Ruang kelas yang kosong mendadak jadi markas operasi belajar dadakan. Kertas latihan soal berserakan, suara gumaman berdengung, dan semangat… yah, campur aduk.
Masha dan Yuki langsung mengambil peran sebagai tutor utama. Kalau dua jenius itu bersatu, rasanya kami semua masih bisa selamat.
Di sudut, Izumi dan Inuzuka sibuk mengerjakan soal matematika. Wajah mereka tampak frustrasi, bahkan sempat beradu pandang seolah ingin menangis bersama.
Shikimori mencatat dengan serius, meski sesekali melempar pensil ke arah Nekozaki yang mulai tertidur di meja. Nekozaki hanya mendengus dan menepisnya, setengah sadar.
Alya duduk di sampingku, membisikkan penjelasan pelan dalam bahasa Rusia. Suaranya lembut, tapi matanya tajam.
> “Ты наконец-то понял?”
(Kau akhirnya mengerti?)
Aku mengangguk sambil menguap.
> “Да… но я хочу спать…”
(Ya… tapi aku ingin tidur...)