Setelah semua kekacauan yang terjadi belakangan ini—drama klub, ujian, bahkan urusan adik kelas—aku sadar ada satu hal penting yang belum kulakukan.
Memberi hadiah.
Bukan hadiah sembarangan, tentu saja. Tapi untuk seseorang yang selalu ada, yang... tak pernah berhenti menegurku saat aku malas, tapi diam-diam mengkhawatirkanku lebih dari siapa pun.
Alya.
Masalahnya... ngajak Alya jalan itu bukan seperti ngajak Izumi ke konbini. Ini lebih seperti... ngajak presiden Rusia naik sepeda bareng. Gila.
Pagi itu, aku duduk di bangkuku seperti biasa. Izumi menatapku dari seberang meja.
"Kalau kamu suka dia, kenapa nggak langsung ajak jalan?" tanyanya dengan ekspresi datar khasnya.
Aku menghembuskan napas. “Ngajak Alya jalan itu kayak ngajak presiden Rusia naik sepeda bareng... Aku bisa diprotes satu negara.”
Shikimori lewat dan memutar matanya. “Jangan pengecut, Masachika.”
Aduh. Bahkan Shikimori ikut nyinyir.
Aku mengangkat tubuhku dari kursi. Hari ini, aku harus melakukannya. Entah bagaimana caranya, aku harus...
---
Halaman Sekolah
Dia berdiri di bawah pohon sakura yang belum sepenuhnya mekar, angin musim semi mengibarkan rambut keperakannya.
"Alya…" Aku memanggil, berusaha menahan suara agar tidak bergetar. “Hari Minggu ini… kamu ada waktu?”
Alya menoleh dengan alis terangkat. “Kenapa? Kamu butuh bantuan kerja kelompok?”
Aku memalingkan wajah, jantungku berdetak cepat. “Bukan itu. Aku mau ngajak kamu jalan. Kencan. Kalau kamu mau…”
Dia terdiam.