Narasi pembuka — Masachika
Kadang, perasaan itu seperti salju.
Turun perlahan, tak terasa… lalu menumpuk sedikit demi sedikit.
Sampai akhirnya kau sadar… betapa dalamnya semuanya. Dan betapa hangatnya dia, di tengah musim yang paling dingin.
---
Scene 1: Persiapan Festival Musim Dingin
Festival musim dingin selalu jadi momen spesial di sekolah. Aula utama mulai dipenuhi hiasan salju buatan dan lampu gantung berwarna hangat. Dan tahun ini, aku—entah bagaimana—ditunjuk sebagai panitia dekorasi.
Bersama Alya.
Juga Ayano dan Shikimori.
Alya... sedikit berbeda hari ini. Biasanya dia cerewet padaku, walau dengan cara yang selalu membuatku diam-diam tersenyum. Tapi sekarang? Diam. Fokus menghias pohon, tapi sesekali melirikku—lalu cepat-cepat memalingkan wajah.
"Ada apa dengannya?" gumamku pelan.
Ayano mendekat, berbisik tanpa melihatku. “Kak… dia itu lagi bingung. Tapi kamu juga nggak peka.”
Aku menatap gadis itu bingung, tapi dia malah berjalan pergi sambil membawa pita emas. Tidak menjelaskan lebih lanjut. Tapi saat kutatap Alya lagi... aku mulai mengerti.
---
Scene 2: Latihan Drama Kelas – Rehearsal Romantis
Drama kelas kami tahun ini cukup... klise. Seorang pangeran mencium putri salju yang terkena kutukan es.
Dan aku, terpilih sebagai pangerannya.
Alya—tentu saja—menjadi putrinya.
Saat latihan, kami berdiri di panggung kecil kelas. Lampu sorot seadanya, tapi cukup menerangi wajahnya. Aku bisa melihat jelas—mata biru itu... dan ekspresi gugup yang disembunyikan di balik dinginnya tatapan khasnya.