Serbu bisik dalam lenggangnya pagi-pagi buta, Bu Ani dan Mbak Rini di antara tiang dan tali temali jemuran. Keduanya asik bercengkrama dalam bahasa semi qolbu. Sama-sama mengerti, dan semakin ramai dalam dunia perprasangkaan, meski senyap. Bahwa Pak Muslihkin tiba-tiba kaya pasti karena kuasa semesta kegelapan. Lagi, pemuda tampan di desa, Mas Darsam pasti kena pelet bisa takluk dalam gengaman Salimah yang buruk rupa. Sampai embun sudah hilang, dan anak-anak mulai diteriaki orang tuanya untuk sekolah, baru keduanya berat terpisah kata-kata.
Serbu bisik kumpulan gadis-gadis remaja, berpasang mata yang masih memijarkan aura muda dan emosi yang meluap-luap. Pun berteriak satu sama lain, berani bersentak dalam konfrontasi lingual, langsung pada objek pembicaraan! Gunjing yang legowo sampai gunjing yang meremahkan sisa kesabaran. Peramu gunjing datang dari seluruh sudut bibir yang bergulir luwes tanpa batasan.