Akhirnya sampai juga, transjakarta arah ini memang datang cukup lama, harus menunggu 30-45 menit sekali angkut. Kaki yang lunglai, punggung yang pegal, akhirnya Patra berhasil bersandar pada kursi terdekat, matanya spontan menutup, menarik dan mengeluarkan nafas pelan di balik masker ketat yang dipakainya. Nikmat apa yang kau dustakan. Meskipun banyak hal belum selesai, masalah masih mengejar-ngejar, tapi ada hal-hal kecil yang dia sadari bisa disyukuri. Duduk beristirahat sejenak gini contohnya.
Tersenyum di balik masker, dia hendak meraih botol minum di kedalaman tas yang kepenuhan, tiba-tiba seorang mba-mba berbadan bugar nyeletuk di dekatnya “Mas-mas, dahulukan wanita dong!” ujarnya luwes. Patra melongo sejenak, beberapa orang lain tampak tidak peduli, tapi mba-mba ini keliatan mampu berbuat apa saja demi kursi yang dia sendiripun sudah mengidam-idamkannya sejak sejam yang lalu. Yah, bus memang ramai sih, dan dengan rok span cukup ketat entah apa alasan mba ini sebenarnya, entah dia capek (padahal orang-orang lain juga capek toh), takut diapa-apain atau hanya 'alasan' gender semata. Namun dari pada dia berakhir viral di sosial media, yang akan menambah masalah dalam hidupnya, Patra memutuskan cepat untuk mengalah. Baru berdiri, si mbak-mbak langsung melengos nyelip bahkan nyaris bersentuhan pantat dengannya “Astaga..” batin Patra. Dia langsung bergabung dengan orang-orang lain yang berpegang pada handle bus. “Lah ngapa bangun dah mas,” Bapak-bapak di sebelahnya sekarang nyeletuk, hmmm aroma ketiak menyeruak bahkan menembus lapisan masker scuba yang dipakainya. Sungguh mantap perjalanan 40 menit kedepan.
“Orang masih seger gitu” Bapak-bapak itu melanjutkan “Suka keenakan sendiri kadang orang sekarang mah, mentang-mentang perempuan lah apa lah, itu gerbong cewek nggak rame-rame amat padahal”
Patra yang awalnya masa bodoh menoleh juga ke gerbong wanita, “Oalah, iya ya pak...”