Slipped Away

Dominique and Aurel
Chapter #12

Slipped Away #11: Breakdown

Biasanya, Idalia adalah sosok yang cukup dihormati di sekolah. Nilainya bagus, wajahnya cukup cantik, dan tentunya, ia adalah pacar cowok terpopuler di sekolah. Namun, sekarang semuanya telah berubah. Setelah kematian Lucian yang tragis dan ditambah dengan rumor buatan Brenda yang memanas-manaskan api, Idalia berubah menjadi seorang ‘pembunuh’ kejam yang merencanakan kecelakaan Lucian.

    Semalaman ponselnya tidak berhenti bergetar. Pesan-pesan penuh makian terus memasuki ponselnya. Media sosialnya pun dipenuhi oleh kata-kata kasar yang mencapnya sebagai pembunuh. 

    Baru saja Idalia menginjakkan kaki ke dalam kelas, murid yang lain telah memandangnya dengan tatapan penuh rasa jijik. Teman sebangkunya membuang muka dan teman-teman baiknya tidak mau berbicara kepadanya. 

    Dan, ini semua karena tweet Brenda yang merangkai cerita bohong mengenainya. Di sana dia menuliskan sebuah cerita mengenai kecelakaan Lucian. Tentu saja dengan beberapa fakta yang diputarbalikkan. Di dalamnya dia masukkan beberapa teori buatannya. Mengatakan saat Idalia menemukan Brenda dan Lucian bersama di sebuah cafe, Idalia sebenarnya hanya ingin menjadikan itu sebuah alasan agar dia bisa putus dengan Lucian. Idalia tidak benar-benar mencintai Lucian dan hanya terpaksa menjadi pacarnya karena Lucian yang terus mengejarnya. Namun, pada akhirnya dia sudah tidak sanggup lagi sehingga dia memutuskan untuk membunuh Lucian.

    Idalia tidak mengerti bagaimana orang-orang bisa langsung mempercayai berita itu. Berita itu terdengar sangat bodoh. Jika dia memang tidak pernah mencintai Lucian, untuk apa dia menjalin hubungan selama setahun lebih dengan cowok itu. Mungkin karena cerita itu berasal dari Brenda sehingga semuanya langsung percaya. Tak dapat dipungkiri bahwa Brenda memang memiliki banyak penggemar baik di dalam sekolah maupun di luar. 

    Bel mulai pelajaran berbunyi dan Brenda masuk ke dalam kelas. Perempuan penyebab masalah itu menyeringai saat ia melihat Idalia yang hanya berdiam diri dengan raut wajah dingin. Jelas-jelas Brenda adalah orang ketiganya, pikir Idalia sambil mengepalkan tangannya, kenapa aku yang menjadi orang tuntutan?

    Tiba-tiba seseorang menepuk pundak Idalia. “London?” Tanya Idalia dengan nada tak percaya. Ia pun melirik ke arah tempat duduk biasa London, dan ternyata teman sebangkunya telah bertukar posisi dengam London. “Apa yang kau lakukan di sini?”

    London tersenyum ringan. “Tentu saja menemanimu, Lia bodoh. Kau pikir aku percaya dengan perkataan mereka? Sebaiknya kau abaikan saja rumor-rumor itu, tapi jika kau benar-benar muak, beritahu aku. Aku akan langsung menghajar mereka.”

    Untuk pertama kali pada hari itu, sebuah tawa muncul dari mulut Idalia. “Dasar,” meskipun bibirnya mengucapkan kata itu, hatinya penuh rasa senang. “Kau memang berubah drastis, London. Dulu kau pasti akan memberitahu aku untuk tetap kuat dan jangan terlibat. Sekarang, kau malah menawarkan untuk menghajar mereka? I like you.” 

    London melirik ke kanan dan ke kiri. Meskipun bel sudah berbunyi, Pak Guru masih belum masuk ke dalam kelas. Ia tersenyum penuh arti. “Idalia,” bisiknya, “kau mau kabur dari sekolah?”

    Idalia terbelalak. “Apa? Kabur? London, kau gila?”

    “Tidak, aku tidak gila. Ayo, sebelum Pak Guru masuk. Lagipula, hari ini tidak ada ulangan. You need a break, Idalia. Bagaimana?” Tanya London dengan suara pelan, namun matanya berbinar bak bintang di langit. 

    Idalia terdiam. Ia hanya pernah kabur dari sekolah dua kali, dan itupun hanya saat pelajaran tambahan. Ia tidak pernah melewati sehari penuh akibat kabur. Namun, apa itu hidup tanpa sedikit risiko? 

    “Oke.” Sahut Idalia sambil tersenyum, dan keduanya mengambil tas sekolah mereka. “Kalian mau kemana?” Tanya salah seorang murid, dan London menjawab tanpa menengok ke arahnya, “bukan urusanmu.”

    Angin keberuntungan memang sedang meniup ke arah mereka. Lorong-lorong sekolah kosong melompong, dan mereka berhasil keluar dari pintu belakang kantin yang menuju ke area parkiran. London dan Idalia masuk ke dalam mobil, lalu London mengemudi dengan kecepatan tinggi hingga bangunan sekolah mereka tidak lagi terlihat dari kaca spion.

    Dengan London di sisinya, Idalia sudah tidak merasa takut, marah, ataupun kesepian. Teman-teman palsunya itu boleh meninggalkan dia. Hell, seluruh dunia boleh meninggalkan dia asalkan orang yang benar-benar mengasihinya tetap berada di sisinya. Itu sudah cukup untuk Idalia.

***

    Flashback

    “Ada apa, Idalia?” Lucian duduk di kursi samping Idalia yang tengah mengacak-acak rambutnya sambil mengerjakan sebuah soal. “Aku tidak bisa yang ini.” Buku persiapan ujian yang tebal sebenarnya sangat menakutkan bagi Lucian, tetapi ia bersabar dan melihat sebuah soal yang penuh coretan Idalia. Soal tentang gerak parabola itu membuat kepala Lucian pusing.

    “Wah, aku juga tidak bisa.” Jawab Lucian. Sebentar lagi mereka akan mengikuti ujian akhir SMP, dan Idalia cukup stres. Pelajaran Matematika dan Fisika memang bukan bidang keahliannya, namun otak pintarnya itu cepat tangkap dan pandai. Masalahnya, guru Fisika mereka sering izin sakit, sehingga Idalia masih belum terlalu mengerti materi gerak parabola.

    “Tentu kau tidak mengerti. Seharusnya aku mencari London, tapi bocah itu tak tahu hilang kemana.” Desah Idalia dengan kesal. “Aku mengantuk. Aku mau tidur…”

    “Tidur saja.” Lucian menawarkan saran bijaksana. “Mungkin materinya akan lebih mudah dimengerti setelah kau bangun tidur.” 

Lihat selengkapnya