SELAMAT DATANG
PESERTA DIDIK BARU
TAHUN AJARAN 2011/2012
Setibanya di sekolah, para siswa disambut dengan spanduk ucapan selamat datang di gerbang pintu masuk. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah favorit di Sumatera. Selain karena prestasi, alumni dari sekolah ini banyak yang kuliah di perguruan tinggi terbaik, baik di dalam maupun di luar negeri. Makanya, banyak yang berlomba-lomba agar bisa sekolah di sini.
Setelah disambut dengan spanduk, para siswa juga disuguhkan dengan spanduk besar di depan kantor guru berisi nama-nama alumni yang telah masuk perguruan tinggi.
“Wow! Luar biasa.” Lina takjub melihatnya.
“Hei murid baru, mari berkenalan.” Terdengar suara laki-laki dari belakang sedang menyapa.
“Ya ampun, baru hari pertama.” Lina tersenyum dan menoleh ke belakang. “Ha...”. Dia langsung diam. Ternyata sapaan tersebut bukan untuknya.
Lina sedikit malu, tapi untungnya tidak ada yang memperhatikannya. Laki-laki tadi menyapa siswa baru yang lain di dekat Lina.
Bel sudah berbunyi, para siswa diarahkan untuk masuk ke aula. Anggota OSIS juga sudah di dalam aula bersiap-siap untuk mengatur posisi tempat duduk siswa baru. Beberapa saat kemudian, kepala sekolah dan jajarannya memasuki aula. Acara pembukaan MOS sudah dimulai diawali dengan pembukaan acara oleh MC.
“Acara selanjutnya, kata sambutan dari kepala sekolah. Kepada Ibu kepala sekolah, dipersilakan.” MC memberikan mikrofon kepada kepala sekolah.
“Ya, baik terimakasih. Pertama sekali saya ingin mengucapkan selamat datang kepada siswa dan siswi tahun ajaran 2011/2012. Sekarang ananda sudah berada di sekolah lanjut tingkat atas, yang artinya sekarang anandaku sekalian harus bisa mengetahui dan bisa menentukan tujuan hidup kalian kemana nantinya."
Sebagian para siswa sebenarnya bosan mendengar kata-kata sambutan mulai dari jajarannya sampai ke kepala sekolah. Ada yang menguap, meletakkan tanggan di dagu, menunduk, ada juga yang menarik rambut teman yang di duduk depannya. Dan ketika kepala sekolah menjelaskan info yang paling penting, semua kembali mendengar dengan saksama.
“Sekolah ini sudah terkenal dengan alumni yang sangat luar biasa. Jika ananda ingin seperti kakak-kakak yang sudah tamat, harus lebih rajin belajar. Di sekolah kita ada yang namanya daftar prioritas. Daftar prioritas ini dibentuk supaya siswa yang betul-betul belajar mendapatkan haknya. Bagi yang masuk dalam daftar prioritas, ananda akan dibimbing dan diberi pelajaran ekstra. Tidak hanya itu, informasi seputar perguruan tinggi akan ananda dapatkan dengan mudah. Untuk itu, mulai dari semester ini, penuhilah nilai KKM yang sudah ditentukan. Jangan berlaku curang, dan tetaplah berpegang pada prinsip kejujuran. Sekali lagi saya ucapkan selamat datang di sekolah ini.”
Para siswa bertepuk tangan setelah berakhirnya kata sambutan dari kepala sekolah dan jajarannya. Setelah penerimaan dan pembukaan MOS, para siswa belum diperkenankan untuk bubar. Setelah kepala sekolah dan jajarannya keluar ruangan, wakil kepala sekolah kesiswaan membacakan pembagian kelas dan sekaligus akan menjadi kelompok MOS.
“Ini adalah pembagian kelas sementara, menunggu hasil pembagian jurusan keluar. Dengarkan baik-baik, nama-nama yang dipanggil silakan ke depan untuk mengambil tempat dan berbaris.”
Pak Bakri mulai membacakan nama-nama siswa, dan satu per satu siswa yang namanya di panggil maju ke depan.
“Baiklah, sekarang kalian sudah dibagi perkelas, dan itu juga akan menjadi teman kelompok MOS kalian. Kepada kakak-kakak OSIS dipersilakan untuk mengambil alih dan sudah bisa memulai MOS.” Pak Bakri menyerahkan mikrofon kepada salah satu anggota OSIS dan kemudian dia keluar ruangan.
Ketua OSIS sudah berdiri di depan ruangan dan memerintahkan siswa baru untuk berbaris.
“Dalam hitungan tiga, semua sudah keluar dari ruangan dan baris di lapangan sesuai dengan pembagian kelas yang tadi. Satu...... dua......”
Para siswa berlarian keluar, karena desakan dari ketua OSIS mereka saling mendorong supaya bisa cepat sampai di lapangan.
“Tiga... Sudah selesai. Siswa yang terlambat masuk barisan maju ke depan.” Kali ini ketua OSIS menggunakan
“Astaga, kita diperlakukan seperti kambing saja. Disuruh keluar dan baris dengan cepat.” Una siswa di kelas X-1 itu mengomel di barisan.
“Kurasa kita masih sedang dalam penjajahan. Padahal sudah merdeka.” Kila yang berdiri disampingnya juga mengomel.