Beberapa murid sudah berada di sekolah. Sekarang para panitia sedang sibuk, seperti Farel yang sedang sibuk mengabsen semua murid yang sudah datang. Dia bekerja sendiri karena Lady dan Vino masih belum datang juga. Hari ini mereka terlambat. Bahkan Juan juga sendirian mengurus semua konsumsi, karena Zara masih belum datang juga.
Tak lama kemudian mobil merah milik Lady akhirnya muncul, diikuti dari belakang sang anak pemilik sekolah, alias Vino dengan motor besarnya. Mereka memarkirkan kendaraan mereka, dan mengunci kendaraannya karena mobil Lady dan motor Vino akan disimpan di sekolah.
"Hai!" sapa Lady setelah berada di depan Farel.
"Hai-hai, liat gue repot nih." omel Farel.
"Ceelah bos, gini aja repot. Sini, biar gue yang absen para cewek." Vino mengambil absenan dari tangan Farel. Lalu dia pergi ke beberapa segerombolan para siswi-siswi.
"Gak akan berubah." umpat Lady sembari menggelang-gelengkan kepalanya.
"Dia pasti cuma bercanda," ujar Farel.
"Gak tau ah pusing. Udah ah, apa nih yang belum dikerjain?" Lady menaruh kedua tangannya di pinggang.
"Semuanya udah beres tadi sama gue, lo pergi aja ke kepsek. Tadi dia manggil lo!"
"Ouh, oke." Lady segera pergi menghadap kepala sekolah.
"Farel!" panggil Zara.
Farel segera menghampiri Zara, "Ada apa?" tanya Farel setelah berada di depan Zara.
"Ini tanda pengenal, biar mereka tau siapa aja yang panitia. Kasihin juga buat Lady ya?" Farel mengambil tanda pengenal itu dan langsung mengalungkannya di leher, dia juga mengambil milik Lady.
"Gue cari Lady dulu ya?" ujar Farel.
"Iya," jawab Zara.
Farel celingukan mencari Lady. Dan matanya pun terhenti saat melihat Lady sedang berada di luar sekolah bersama kakak nya Lusi, dan juga Papa, Mamanya.
Farel segera berjalan menghampiri Lady. Namun langkahnya terhenti saat mendengar percakapan antara mereka, dan itu sepertinya serius. Jadi Farel tidak ingin mengganggu mereka.
"Mah, Lady bukan baby sisternya Lusi!" ucapan Lady, menghentikan langkah Farel yang hendak menjauh. Rasa penasaran Farel mulai bergejolak, dia pun mendengarkan percakapan mereka.
"Kamu tuh ya, saya cuma meminta kamu supaya jaga anak saya. Apa susahnya sih?" ujar Mama.
"Udah Mah, Lusi juga udah gede. Dia bisa jaga dirinya sendiri." Papa menengahi mereka supaya tidak terjadi keributan di sana.
"Tapi Lusi itu lembut, dia takut pada segala hal. Kalo terjadi apa-apa sama dia gimana?" kata Mama khawatir kalo terjadi sesuatu nanti sama anak tersayangnya.
Farel melihat tangan Lady yang sudah terkepal, lalu dia melihat Lady yang sudah menunduk. Dia berpikir, Lady pasti akan menangis. Dan sebelum itu terjadi, Farel harus menghentikan itu. Dia segera mendekat pada mereka.
"Permisi, maaf mengganggu!" sela Farel, membuat Mama berhenti berteriak.
"Farel," ucap Lusi dengan bibir yang tersenyum lebar.
"Hai, Lusi!" sapa Farel.
"Iya, hai," sahutnya.
"Mmm.. Maaf saya bisa pinjem Lady nya sebentar, soalnya kita harus segera menyelesaikan persiapan sebelum berangkat." Izin Farel. Lady menatap Farel dengan dahi yang mengerut.
"Ouh, iya silahkan!" ujar Papa memberi izin.