Flashback ON
Senin pagi, SMA Marsh sedang persiapan upacara. Hampir semua murid sudah berada di lapangan, sedangkan orang yang suka bolos upacara selalu diam di kelas.
Seperti seorang siswi yang cantik, terkenal, pintar, dan kebanggaannya sekolah, Lady Xen Franciska. Ia sekarang sedang berada di kelas sendiri dengan beberapa make up di atas mejanya, dan bedak di tanggannya. Dia sedang membedaki wajahnya.
Lady memang jarang bolos upacara, terkecuali ada suatu alasan yang membuat dirinya malas upacara.
"Mau setebel apa tuh bedak?." ujar seseorang lelaki di ambang pintu yang berhasil membuat Lady terkejut.
Lady pikir itu guru, tapi ternyata dia hanya seorang pemuda tinggi, tampan, tapi Lady belum pernah melihatnya. Dia pasti tidak terkenal, itu yang Lady pikirkan.
"Ikut campur aja, serah gue dong!!." sahutnya dan ia kembali membedaki dirinya.
Lelaki itu masuk ke kelas dan duduk di sebelah Lady, yang kebetulan bangkunya kosong.
"Ngapain lo duduk disini?." tanya Lady.
"Semua bangku udah penuh, cuman ini aja yang kosong." jawabnya.
Lady melihat sekeliling kelas, dan benar saja semuanya sudah penuh. "Gak usah disini juga kali, bisa kan?."
"Udah lah gue disini aja. By the way, kenalin nama gue Farel Johan Arbani!!." lelaki yang diketahui bernama Farel ini, mengulurkan tangannya hanya untuk sekedar berkenalan dengan Lady.
Lady membulatkan matanya, dia terkejut ternyata ada siswa yang tidak mengenal dirinya. "Lo gak kenal gue?."
"Gimana mau kenal, kan gue anak baru." jawab Farel.
Jawaban Farel membuatnya menghela nafas lega. "Gue pikir gak kenal." gumamnya pelan. "Tinggi apa menengah?." tanyanya sebelum berjabatan dengan Farel.
"Maksud lo?." tanya balik Farel, dengan dahi yang mengerut tak mengerti.
"Lo orang kaya bukan?." jelas Lady.
Farel mengangguk paham. "Gue cuman menengah!!."
"Kalo gitu kita gak boleh berjabatan tangan."
"Kenapa?."
"Hello, seorang Lady Xen Franciska berjabatan dengan cowok menengah kek lo, gak mungkin banget!!." jawabnya dengan gaya sombong.
"Emang nya tangan cowok menengah, sama cowok kaya beda ya?." tanya Farel.
Lady menghela nafas gusar, dan menyimpan bedaknya diatas meja. "Tangan cowok orang kaya itu lembut." jawab Lady dengan nada suara yang ditekan kan.
Farel tersenyum, lalu tangannya meraih tangan Lady hingga sekarang mereka jadi berjabatan.
"Lo, apa-apaan sih!." Lady mencoba menarik tangannya namun Farel menguatkan pegangannya.
"Sssttt, tangan gue lembut kan?." tanya Farel.
Lady merasakan tangan Farel, dan benar saja tangannya lembut. Jarang sekali seorang lelaki tangannya bisa selembut ini.
Setelah merasakan kelembutan tangan Farel, Lady langsung mengangguk menjawab pertanyaan Farel tadi.
Beberapa saat mereka saling tatap, hingga suara bel berbunyi membuat mereka berdua tersadar.
Tringgg....tringggg...
Secepat mungkin Lady melepas tangannya dari tangan Farel.
"Udah bel, ayo ke bawah!." ajak Farel.
"Nggak, lo aja sanah pergi!." usir Lady, dan dia kembali membuka bedaknya dan kembali membedaki dirinya sendiri.
"Lo mau bolos upacara?."
"Serah gue kali!!."
Farel menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu tersenyum miring dan dia menggenggam tangan Lady dan membawanya keluar kelas.
"Ih, apa-apaan sih lo?." Lady mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Farel.
"Udah lo harus upacara, jangan bolos gak-." Perkataan Farel terpotong suara Kak Damar, ketua osis sekolah ini.
"Hey, kenapa kalian masih diatas. Ayo cepet turun!." suruh Kak Damar.
Farel pun mengangguk dan secepatnya turun kebawah dengan tangan yang masih menggenggam tangan Lady.
Setelah dibawah, Lady langsung melepas paksa tangannya dari tangan Farel. Karna telah terlanjur dibawah, ia pun terpaksa ikut upacara dan berbaris dijajaran tempatnya orang-orang paling terkenal disekolah, dan juga sebelah sahabat terbaiknya Zara Olivia.
"Tumben kamu ikut upacara?." tanya Zara. Zara memang sangat formal orang nya, lembut, cantik, dan dia tidak pernah sekalipun mengatakan Lo atau Gue.
"Ini nih, gara-gara cowok SKSD ini." Lady menunjuk Farel yang tiba-tiba ikut baris disebelahnya. "Gue dipaksa turun nih sama dia." Lady melipat kedua tangannya dan ditaruh di depan dada.
"Siapa dia?." tanya Zara agak berbisik.
Farel yang merasa terpanggil langsung mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Zara. "Gue Farel Johan Arbani!!." ujarnya.
Zara meraih tangan Farel. "Aku Zara Olivia!!." sahutnya.
"Formal?." tanya Farel, dengan dahi yang mengerut.
"Hmmm, udah kebiasaan." jawab Zara.