"Hmm, kak. Aku mau kakak." Perkataan itu sukses membuat Haru terkesiap dan memandang Hana dengan tatapan bingung. Apa Hana benar-benar mengatakan hal itu? Heii, apa Hana sedang bercanda dengan perasaan seorang Haru. Pasalnya mereka baru kenal kemarin dan sekarang Hana dengan wajah polosnya mengatakan itu.
"H-Hah? Maksudnya?" Haru sedikit gugup namun mengontrol agar wajahnya tidak terlalu ditunjukkan pada Hana yang sedang tersipu.
"Aku mau kakak jadi pacar aku." Kemudian ia menyuapkan bubur itu ke dalam mulutnya dan itu merupakan suapan terakhirnya.
Haru membulatkan kedua matanya, tiba-tiba saja bibirnya kelu. "Hah? J-jadi pacar?" Haru memiringkan kepalanya. Ia merasa ini hanyalah mimpi dan memang itu yang terjadi sekarang.
*Ceklek
Arta datang dengan membawa seorang wanita berambut sebahu kemudian membuyarkan lamunan Haru yang sedang menggenggam tangan Hana dan satu tangannya lagi mengelus pipi kanan Hana. Gadis itu belum sadarkan diri.
Haru bangun dari tempat duduknya kemudian melihat kebelakang terdapat Arta dan gadis asing berambut sebahu, sepertinya mereka sepasang kekasih. "Apa yang kau lakukan di sana? Bukankah kalian seharusnya di lapangan." Haru bertanya pada dua insan yang sedang bermain ponsel di kursi lain dekat pintu keluar Uks. Arta yang mendengar Haru berceloteh sendiri lantas mendongakkan kepala untuk menyahutinya.
"Tahu, apa kau tidak melihat apa yang kami lakukan? Tentu kami sedang bermain ponsel. Tunggu, haruskah aku mengusirmu karena kami sedang berpacaran di sini, sebaiknya kau pergi." Usir Arta yang membuat gadis berambut sebahu itu menatap tajam Arta kemudian memukul kepalanya, agar menyadari perkataannya tadi terhadap orang asing.
"Ck, mengapa kau berpacaran di uks. Dasar tidak elit!" Tukas Haru yang mengkokohkan keinginannya untuk tetap di sini menunggu Hana siuman dari pingsan. Haru berusaha untuk tidak melihat kebelakang dimana mereka melakukan hal yang biasa dilakukan kekasih pada umumnya. Apalagi, Arta sengaja meninggikan nada bicaranya untuk mengusik keberadaan Haru di Uks.
Beberapa menit kemudian, Haru benar-benar tidak kuat akan tingkah Arta yang sangat menjengkelkan bagi Haru, "SAYANGKU. Apa kamu ingin BERCIUMAN denganku, hm? Aku ingin menghabiskan waktu ku bersama mu. " Mata elang Haru lantas menoleh kebelakang menatap tajam Arta yang sepertinya memang sengaja melakukan itu di belakang Haru. Seharusnya Haru tidak marah karena gadis berambut sebahu itu bukan siapa-siapanya namun ia benar-benar tidak menyukai jika dirinya seperti nyamuk diantara mereka berdua. Geram sekali.
"Bisakah kalian keluar?! Kalian menggangguku." Haru berusaha agar tidak membuat keributan di dalam uks tetapi sepertinya Haru lupa siapa yang ia sedang hadapi sekarang. Arta, makhluk yang sangat keras kepala dan usil pastinya ia tidak akan membiarkan Haru berada di sini sampai Hana siuman.
"Justru kau lah yang seharusnya keluar, kau mengganggu kami." Arta masih saja sibuk menatap gadis berambut sebahu itu dengan memajukan wajahnya berusaha mengikis jarak diantara mereka sementara Haru sudah tidak tahan menghadapi Arta yang semakin nekat untuk berpacaran di uks. Memangnya tidak ada tempat yang lebih romantis selain di uks? Pikir Haru.
"Sungguh, kalian sangat memalukan!" Haru keluar dari Uks dengan langkah terburu-buru meninggalkan sepasang kekasih yang ingin kissing di dalam Uks.
Gadis berambut sebahu itu, namanya Ocha. Memejamkan matanya kemudian Arta segera membuka matanya dan menyentil jarinya ke dahi Ocha. "Awww, sakit." Ketusnya sambil mengelus dahinya itu, Arta tega sekali pada Ocha. Gadis itu cemberut lalu memainkan ponselnya lagi, Arta yang melihat itu langsung menyentuh dagu Ocha kemudian satu tangannya lagi ia cium dan melayangkan tangan itu ke pipi kanan Ocha. Arta tidak pernah melakukan skinship yang membuat Ocha tidak nyaman. Maka dari itu, Ocha sangat menyukai cara Arta mengutarakan perasaannya.
Arta bangun dari duduknya kemudian berlari menghampiri Hana yang masih pingsan. Hal itu, Ocha tidak merasa cemburu atau kata lain dari cemburu itu karena Arta sudah menceritakan segala yang terjadi bahkan memang itu kebiasaan Arta jika sudah bersama Ocha. Bercerita panjang lebar tentang kehidupannya.
"Teman sebangku~ kamu belum sadar?" Jari telunjuk Arta menekan pada pipi Hana pelan. Kepalanya ia miringkan menyesuaikan kepala Hana yang miring ke kiri kemudian ia menyentuh ujung hidung bangir Hana. Ia memundurkan kepalanya lagi dan duduk di kursi dekat ranjang itu.