"Teman sebangku~" Arta menekankan jari telunjuknya pada pipi kiri Hana yang lembut. Ia membuat Hana kesal lagi karena telah mengusir Haru yang ingin makan bersama dengan Hana, jelaslah Hana marah pada Arta dan merasa tidak enak pada kakak kelasnya itu. Begitu kembali dari kantin, Hana langsung mendiami Arta dan itu sukses membuat Arta semakin merasa bersalah karena telah melarangnya.
"Mianhae... Aku tidak akan melarang mu lagi dengan kakak kelas sialan itu." Arta mengerucutkan bibirnya kesal, mengapa bisa-bisanya Hana lebih berpihak pada Haru padahalkan Arta adalah teman sebangkunya yang mencoba menjauhkan hama seperti Haru dari Hana saja. Susah sekali.
"Arta mulutmu, bicaralah yang baik pada kak Haru." Dalam posisi seperti ini saja Hana masih mengoreksi perkataan yang memang murni Arta sedang kesal pada Haru. Entahlah, apa yang melandasi rasa kesalnya itu yang penting Arta membenci Haru sudah itu saja titik. Katakan saja Arta itu bash terhadap Haru, intinya pria itu sangat menjengkelkan, dua kali lebih menyebalkan jika makan bersama dengan Hana. Arta tidak menyukai pemandangan saat di kantin melihat mereka berdua yang sangat akrab satu sama lain. Iya, mereka yang Arta maksud adalah Haru dan Hana.
Arta masih menatap ke arah Hana yang menyandarkan tubuhnya pada dinding yang ada di sampingnya itu, wajahnya menghadap jendela melihat lalu lalang beberapa siswa dengan kesibukkan mereka masing-masing. "Teman sebangku, jangan cuekkin aku dong! Kita itu temenan. Ayo kita ngobrol sesuatu gitu, seperti apa hobimu, apa cita-citamu dan apa tipe pria yang kamu inginkan?" Arta menarik lengan Hana untuk menatap ke arahnya dan dengan sungkan Hana pun menurutinya, lengkungan di bibirnya turun alias Hana cemberut dan dengan sentuhan jari Arta di kedua sudut bibir Hana--membuat Hana tersenyum dengan sendirinya yang membuat Arta gemas sendiri melihatnya. Tunggu, barusan ia melihat Hana tersenyum untuk yang pertama kalinya!!! Arta belum pernah melihat senyuman yang semurni milik Hana.
"Cantik, kamu sangat cantik apalagi kalau sedang tersenyum seperti ini. Siapa pun yang melihatmu pasti akan menyukaimu." Puji Arta dengan jujur, sorot matanya memang tertuju pada netra hazel milik Hana. Hana sedikit tercekat, menahan napasnya karena jarak diantara mereka sangat dekat, "menyingkir lah!" Hana kembali memasang ekspresi seperti biasa lagi, menghilangkan senyuman di wajahnya itu. Arta melihat itu nampak berpikir lagi dan membuat keningnya berkerut saking bingungnya terhadap perubahan ekspresi Hana.
Jujur, Arta masih menyimpan beberapa pertanyaan seputar pengamatannya terhadap Hana namun ia timbun kembali. Merasa pengamatannya nanti akan menjadi boomerang yang membuat jarak diantara mereka. Terlebih lagi, mereka teman sebangku. Siapa yang akan tahan jika salah satu diantara mereka sedang marah dan memilih berjarak sebagai jalan keluarnya. Arta tidak menginginkan hal itu.
"Ehh... Ada kakak kelas kemari! Cepat duduk yang rapih!" Seru ketua kelas, namanya adalah Oki. Ketua kelas itu berteriak seraya dirinya berlari ke tempat duduknya bertindak layaknya anak rajin yang selalu membaca buku di mana pun dan kapan pun. Yang dimaksud kakak kelas oleh Oki adalah kak Haru dan gadis asing yang membuntutinya hingga sampailah mereka di depan kelas 10 IPS 1. Hana yang melihat itu langsung duduk dengan tegap bersikap seperti biasa, tanpa senyuman bahkan raut yang awal menunjukkan rasa kesalnya pada Arta seakan sirna sendiri karena kedatangan Haru.
Sekarang, mereka--Haru dan gadis setinggi bahu Haru-- itu berdiri tepat di tengah kelas lalu membukanya dengan salam dan perkenalan singkat. Maksud kedatangan mereka adalah untuk merekrut anggota baru klub badminton yang diketuai oleh Haru. Mendengar itu, Hana sangat antusias sekali dengan perekrutan anggota baru itu dan Hana menjadi satu-satunya gadis yang mengacung saat ditanya 'siapa yang tertarik ikut klub ini?' Hana dengan semangat mengangkat satu tangannya sementara Arta. Jelas ia bingung harus ikut atau tidak, tetapi jika tidak ikut maka ia tidak punya mata jika Hana sedang berduaan dengan Haru. Jadi, Arta memutuskan untuk ikut juga dan itu membuat Hana mendelik sinis ke arahnya. Merasa tak mau kalah, Arta pun membalikkan tatapan sinisnya pada Hana. Seolah ada sengatan listrik yang mengalir diantara kedua pasang mata mereka.
Oke, Haru dan gadis itu sudah menyelesaikan data siswa IPS 1 yang ikut ekskul badminton. Tercatat 10 orang yang ikut dalam klub itu termasuk Hana dan juga Arta. Sebelum keluar dari kelas Haru menyempatkan diri untuk melempar senyuman pada Hana kemudian dibalas tatapan menohok dari Arta, teman sebangku Hana. Jelas melihat teman sebangku Hana yang sangat menyebalkan, Haru segera keluar kelas dan melanjutkan tugasnya di kelas selanjutnya.
"Apaan sih? Kenapa kamu melototi kak Haru! Nyebelin gitu jadinya!" Hana mendengus kesal dan kembali pada ekspresi awalnya. Serius, membuat Hana tersenyum butuh kesabaran yang cukup karena untuk saat ini stok kerecehannya sudah habis dan ia tidak ada mood untuk membuat Hana tertawa. Ya, walaupun sudah pernah mencoba melawak di depan Hana dan respon Hana membuat Arta enggan memberi lawakan lagi pada Hana karena mereka berbeda selera humor.
"Kan, kakak kelas biadab itu tidak seharusnya melirik kaum hawa yang ada di samping aku. Ya, jelas lah aku marah." Jelas Arta yang membuat Hana jengkel untuk meladeni Arta lebih lanjut. Toh, mau bagaimanapun impresi Hana pada Haru itu sudah sangat baik, mau maki seperti apapun itu jika Hana sudah mengecap bahwa Haru itu pria baik dan sangat friendly! I try to be a good friend for him. Batin Hana.