London, January 31st 2012
Dan lalu terbangunlah Karisa dari mimpi buruknya. Berkeringat, penuh dengan keringat. Kecemasan, tanda tanya. Apa dari maksud dan arti mimpinya itu. Apakah ia akan mendapatkan kabar buruk dalam hidupnya. Sungguh Karisa belum siap dan tak akan siap jika dirinya akan mendapatkan berita buruk dalam hidupnya. Karisa mencoba menjalani hari-harinya seperti biasa tanpa memikirkan hal buruk apa yang akan menimpanya. Bersiap-siap untuk berangkat kerja, menjalani aktifitas rutin hariannya, menaiki subway, berjalan di pedestrian kota London, menyaksikan tenangnya London dipagi hari, dan Karisa terhenti pada satu toko roti di tengah perjalanannya. Membeli beberapa roti untuk sarapan dan kembali mengecek handphone nya, namun belum ada tanda-tanda bayu membuka chat nya semalam.
Untuk menenangkan pikirannya, Karisa mendengarkan lagu-lagu Lana Del Rey. Di perjalanan subway, saat mengerjakan pekerjaan kantor, sampai makan siang. Agar dirinya tak begitu mencemaskan mimpi buruknya. Lalu terbesit lah dipikirannya untuk menceritakan tentang mimpinya itu kepada Bayu.
*Typing
Karisa: “Hi Bayu, kamu lagi sibuk ya?”
Melihat tanda pesan telah terkirim, karisa pun kembali meletakkan handphone nya dan mencoba untuk kembali fokus ke pekerjaannya. Namun, Karisa kembali merasakan kegelisahan ketika perlakuan Bayu tak lagi sama dengan awal mereka berjumpa.
“Apa ini yang Namanya galau ya? Ah aku kok kayak anak ABG aja ya galau segala. Mungkin memang Bayu lagi sibuk kali jadi gak memungkinkan baginya untuk membalas chat ku terus-menerus” Karisa lalu menghubungi Nicho dan membicarakan kalau besok mereka akan berangkat ke Manchester pada pukul 09:10 pagi.
*Calling
Nicho: “Halo? Kenapa Sa?”
Karisa: “Hi Nicho! Eh besok kita jadi kan ke Manchester?”
Nicho: “Iya jadi kok, aku udah siapin semuanya dari semalam, jadi biar nanti gak buru-buru banget kan tinggal istirahat”
Karisa: “Iya! Bagus!”
Nicho: “Eh, kamu udah bilang Bayu kan kalau kita bakal kesana?”
Karisa: “Udah sih, tapi dia belum respond lagi gimana kelanjutannya”
Nicho: “Lah kok dia belum respond? Kalau kita sudah sampai sana terus gimana dong kita? Masa luntang-lantung?”
Karisa: “Ah gak bakal deh kayaknya, feeling aku nih Bayu pasti balas kok. Tadi udah chat juga sih tapi belum di respond. Lagi sibuk mungkin”
Nicho: “Ya Ampun Sa, sesibuk apapun orang ya pasti nyempetin buka HP, tinggal tergantung menempatkan posisi kamu sebagai prioritasnya apa bukan”
Seketika perkataan Nicho membuat Karisa terdiam dan berpikir. Dan membedakan perlakuan Bayu kepadanya saat bertemu dan tidak sedang bertemu dan hanya via chat.
Karisa: “Ah kamu jangan ngomong gitu dong, bikin aku mikir aneh-aneh aja”
Nicho: “Ya bukan bikin kamu mikir aneh-aneh aja Sa, tapi kan ini kita mau ke Manchester atas ajakan Bayu sendiri. Giliran kita udah mau berangkat besok, eh jangan sampe Bayu ngilang gitu aja ya Sa”
Bergumam dalam hati Karisa berpikir dengan kalimat-kalimat dari Nicho “Ada benarnya juga sih yang dibilang Nicho. Coba nanti aku telpon Bayu setelah jam kerja deh takut kalau sekarang nanti dia terganggu”
Lalu Nicho menegur Karisa yang tak ada respon di telepon.
Nicho: “Halo? Sa? Masih disana?”
Karisa: “Eh iya Nicho, sorry lagi gak fokus ada kerjaan. Nanti aku coba telepon Bayu deh ya after office”
Nicho: “Nah gitu dong, yang pasti kan kita udah dapet konfirmasi dari Bayu jadinya kan enak”
Karisa: “Iya Nic, besok tetap jadi ya kita berangkat pagi, ehh.. by the way udah dulu ya tiba-tiba ada email kerjaan banyak banget”
Nicho: “Oke deh Karisa, kita berkabar aja ya nanti malam jadinya gimana?”
Karisa: “Siap Nic, makasih ya udah kasih aku masukan”
Nicho: “Sama-sama, makasih juga udah nelpon ya Sa hehehe”
Karisa: “Iya, dadah”
Nicho: “Dah”
*End call
Setelah perbincangan singkat dengan Nicho, kembali Karisa memikirkan pernyataan Nicho tadi, karisa kembali terlarut dalam pikiran-pikiran tentang Bayu yang masih belum membalas pesannya dari semalam. Ketika Karisa melirik ke arah kaca di meja kerjanya, dia menatap wajahnya dan rambutnya yang menutup sebagian wajah kanannya. Hanya sebagian wajah kirinya saja yang ia lihat di kaca dan tersenyum menenangkan dirinya sendiri dan berkata di depan kaca sambil merapikan rambutnya kembali.