Suasana pun terhanyut dalam sedih, mengetahui orang yang ia kenal belum lama ini, dan memberikan warna baru dalam hidupnya, harus berjuang melawan penyakit keras yang bersarang di tubuhnya. Terlihat sangat sehat, dengan senyum hangat dan wajah ramah, namun dibalik semua itu dia harus kuat menahan sakit setiap malam dan bergantung dengan obat-obatan yang terus menerus harus dikonsumsinya. Tak lama setelah itu, penjelasan dari kedua orang tua Bayu, Karisa memohon untuk dipertemukan dengan Bayu dan ingin mengetahui keadaan kondisi orang yang disayanginya saat ini. Tak menyita waktu lama, Karisa bersama Nicho dan kedua orang tua Bayu menuju rumah sakit untuk menjenguk Bayu, menelusuri lorong-lorong rumah sakit berlari mengejar waktu untuk segera tiba dikamar dimana Bayu dirawat.
Manchester Royal Infirmary 01:00 pm
Pikiran yang terpecahkan, segala perasaan yang menjadi satu, pikirannya terpusat pada wajah Bayu yang selalu ia bayangkan belakangan ini. Setibanya di kamar Bayu, membuka pintu kamar, dan disambut dengan pemandangan Bayu yang terlemas berbaring di tempat tidurnya. Menghampiri dengan penuh tangis, dan haru yang menyelimuti keadaan suasana pada saat itu. Berjalan mendekati tempat tidur Bayu dan memanggil nama Bayu dengan perlahan menahan tangis.
“Bay..Bayu?” Berjalan sambil memanggil nama Bayu dan menatap keadaan Bayu yang berbaring lemas diatas tempat tidurnya.
“Kamu kenapa? Kamu bilang pulang ke Manchester karena ada kerjaan? Tapi kamu bohong, sejujurnya aku marah kamu nutupin ini sama aku. Tapi aku juga gak ada hak untuk marah sama kamu. Setidaknya kamu bilang, aku perlu tau dari awal” Karisa terus menghujani Bayu dengan sejumlah pertanyaan dan ia tak dapat menahan air matanya, yang kemudian terjatuh dan membanjiri pipinya. Nicho menghampiri Karisa dan memberikannya pelukan, menenangkan Karisa yang menangis melepas emosinya.
Kesedihan, rasa kecewa, karena dibohongi dan kemudian mengetahui kebenaran yang membuatnya semakin terpuruk. Semangat yang diberikan oleh orang-orang terdekatnya pada saat itu membuatnya tegar, dan memberikannya semangat baru untuk menularkan semangat hidupnya kepada Bayu, melawan penyakit yang tinggal di dalam tubuhnya. Melihat keadaan Karisa yang sedang terpuruk seperti itu, lalu ibu dan bapak Bayu mengajak Nicho untuk meninggalkan Karisa sejenak untuk meluapkan emosinya. Ketika hisak tangis menyelimuti perasaan Karisa pada saat itu, Bayu menegur dengan suara yang lemah memutuskan suasana haru yang terjadi di ruangan kamarnya.
“Karisa? Kamu kenapa?” Tanya Bayu.
“Kamu yang kenapa? Kamu sakit apa?” Tanya Karisa yang masih berlinangan air mata ketika menatap mata Bayu.
“Aku Lelah Karisa, aku butuh istirahat” Jawabnya.
“Iya, tapi kenapa kamu gak cerita sama aku dari awal? Kenapa kamu nutupin ini ketika kamu menghilang beberapa hari kemarin? Kenapa?” Karisa terus menghujani Bayu dengan beberapa pertanyaan dan Bayu hanya merespon dengan senyum dan tawa ringan.
“Udah ya, semua ini bukanlah suatu hal untuk kamu tangisi tapi harus diperjuangkan untuk melawan penyakit ini dan kamu harus membantuku memberi semangat untuk melawan penyakit ini” Jawab Bayu dengan senyum kearah Karisa, yang lalu memeluk Bayu dengan air mata yang terus mengalir tak ada henti. Karisa pun memutuskan untuk menjaga Bayu sepanjang malam hingga keesokan harinya, memastikan bahwa keadaan Bayu akan terus baik-baik saja dan tidak terjadi hal buruk yang tidak diinginkan.
Manchester, February 2nd 2012
Melihat keadaan ini, membuat Nicho mengunjungi rumah sakit kembali untuk memastikan keadaan mereka berdua. Nicho menatap ketulusan yang terpapar dari raut wajah Karisa ketika merawat Bayu tanpa kenal lelah dan tanpa memikirkan kesehatan dirinya. Nicho dengan sangat perlahan menghampiri Karisa yang terus memegangi tangan Bayu ketika Bayu tengah tertidur lelap. Menegur dengan pelan dan menanyakan kabarnya.
“Sa? Semalaman kamu begadang ya?” Tanya Nicho khawatir.
“Gak apa-apa” Jawab Karisa dengan lemas.
“Kamu jangan paksain diri begini Sa, kamu juga butuh istirahat, butuh makan. Kapan terakhir kali kamu makan?” Tanya Nicho dengan tegas namun pelan memastikan keadaan Karisa agar baik-baik saja.
“Kemarin pagi” Jawab Karisa dengan nada lemas.
“Tuh kan kamu belum makan sedikitpun terakhir sebelum kita berangkat ke Manchester. Kita makan yuk?” Ajak Nicho dengan perlahan sambil mengelus Pundak Karisa.