Ketika Karisa tertidur lelap, ia kembali mengalami mimpi yang aneh. Di Dalam mimpinya itu, dia berada kembali di ladang hijau yang luas seperti dalam mimpinya di kereta perjalanannya ke Manchester. Di dalam mimpi itu, Karisa kembali mengenakan gaun putih, tanpa alas kaki. Dan tiba-tiba mendengar adanya alunan musik merdu di seluruh lokasinya. Musik yang sepertinya paduan dari biola dan juga gitar itu menarik perhatian Karisa, dan ia pun berjalan dengan sangat perlahan menelusuri ladang, dan terus berjalan mengikuti alunan musik itu hingga menemukan sebuah hutan, hutan yang tidak begitu lebat dari pepohonan namun memberikan suasana yang sangat dingin yang sangat terasa di dirinya yang hanya mengenakan gaun putih tipis. Karisa melangkah perlahan kedalam hutan dan meninggalkan jejak kaki sejak langkah pertamanya.
Dia tak bersuara sedikitpun, ia hanya mengikuti dari mana suara musik merdu itu berasal. Hutan yang awalnya menyeramkan, tiba-tiba berubah menjadi hutan yang sangat indah yang dipenuhi dengan tanaman-tanaman berbunga berwarna-warni dan danau kecil yang dihiasi oleh beberapa angsa yang berenang disana bersama anak-anak angsa kecil mengelilingi induk mereka masing-masing. Suara music yang merdu masih terdengar di telinganya, bercampur dengan suara jangkrik dan muncullah sekelompok kunang-kunang indah yang menghiasi gelap dan dinginnya hutan dalam mimpinya. Ditengah perjalanannya mengikuti jejak alunan musik tersebut, mulai lah ada suara merdu seperti sebuah paduan suara dengan suara yang sangat indah. Karisa dalam mimpi itu semakin penasaran dan mempercepat langkahnya, semakin cepat, dan mempercepat langkah kakinya sehingga berubah menjadi berlari dengan sangat kencang mengejar suara itu berasal. Kembalilah ia ke ladang hijau tempat diawal dia berada, dan tiba-tiba suara tersebut menghilang. Ia hanya berputar-putar mencari suara merdu dan alunan musik itu berasal, namun dengan keadaan perasaan yang sangat tenang dan tidak semenakutkan mimpi sebelumnya. Ketika ia hendak melangkah kembali dalam mimpi itu, Nicho membangunkannya secara perlahan dan Karisa terbangun dari mimpinya.
“Sa! Sa! Bangun Sa!” Seru Nicho membangunkannya dan Karisa langsung terbangun dengan kaget dengan ekspresi Nicho yang panik dan membuatnya kaget.
“Kenapa Nic?” Tanya Karisa dengan nada kaget dan nafas yang ter engah-engah.
“Bayu, Sa” Nicho mencoba menjelaskan keadaan Bayu pada saat itu dan Karisa langsung menatap ke arah tempat tidur Bayu dan melihat Bayu sudah tak ada di tempat tidurnya.
“Bayu kemana, Nic? Bayu kemana?!” Tanya Karisa dengan nada yang sangat panik dan kaget melihat Bayu tak ada di tempat tidurnya. Nicho yang sangat lemas mencoba untuk menjelaskan kepada Karisa dengan perlahan agar Karisa tak panik dan kaget mendengar berita itu. Namun Karisa sudah terlanjur panik dan terus meneror Nicho dengan pertanyaan “Dimana Bayu?” “kemana Bayu?” dan terus menghujani Nicho dengan pertanyaan-pertanyaan itu.
“Bayu, drop sa. Jantungnya sempat terhenti beberapa detik dan sekarang sedang penanganan medis dari dokter” Nicho tak mampu menahan rasa panik dan langsung memberikan Karisa penjelasan tentang keadaan Bayu pada saat itu. Dan langsung memecahkan ketenangan Karisa dari tidurnya dan langsung menjadi histeris. Karisa lalu mengejar kemana dokter dan perawat membawa Bayu, dan berlari menuju ruang ICU dengan air mata tangis yang membanjiri wajahnya. Setibanya di ruang ICU, perawat memintanya untuk menunggu di luar karena keadaan Bayu yang sudah sangat kritis.
“I’m sorry ma’am you shouldn’t come inside. Let’s pray for him. I’m so sorry”
Jelas perawat kepada Karisa dan membuatnya semakin terpuruk dan menangis di depan ruangan ICU. Nicho menghampiri Karisa yang saat itu sedang menangis dan terpuruk dengan keadaan Bayu yang kritis, memberinya pelukan dan menenangkannya, mengajaknya berdoa untuk kesehatan dan keselamatan Bayu. Lalu kedua orang tua Bayu tiba di rumah sakit dan memaksa masuk ke ruang ICU dengan tangis yang sudah pecah dari emosi Ibunya Bayu.
Melihat keadaan Ibu dan Bapaknya Bayu pada saat itu, semakin membuatnya menangis dan menjadi-jadi, memeluk Nicho dengan erat dan tak kuasa menahan tangis. Karisa hanya dapat berdoa sekuat tenaga dan memohon untuk adanya mukjizat untuk Bayu mendapatkan kesempatan hidup lebih lama. Ia sama sekali tak memikirkan Bayu dapat menemaninya menjalani hidup ini, dia hanya mengharapkan adanya kesehatan dan keselamatan untuk Bayu.
Setelah semuanya mencoba untuk menenangkan diri, dan setelah menunggu kurang lebih 13 menit sejak penanganan awal. Dokter keluar dari ruangan ICU dan meminta maaf dan turut berduka atas kepergian Bayu. Mereka yang sudah berjuang membantu Bayu untuk mendapatkan harapan hidup, namun tak mampu melawan hukum alam dan jawaban dari Tuhan atas semua kejadian ini. Suasana semakin pecah dengan tangis dan duka antara Karisa dan kedua orang tua Bayu, dan Nicho pun yang tak begitu dekat dengan Bayu merasakan kehilangan yang membuatnya pula menitihkan air mata ketika mendengar kabar tersebut.
Karisa memeluk erat Nicho dan meluapkan tangisnya ketika kedua orang tua Bayu memasuki ruang ICU untuk melihat putranya, namun Karisa tak mampu melihat Bayu yang sudah tak terselamatkan. Dirinya lemas, Karisa merasa hancur, jatuh, dan kehilangan tujuan hidup untuk seketika waktu. Tangis sang Ibu terdengar hingga luar ruangan yang kemudian membuat Karisa semakin larut dalam duka dan tangis pada saat itu, Nicho menguatkan Karisa, memberikannya pelukan dan ketenangan untuk Karisa.
“Sa, kamu kuat ya, kamu harus kuat” Ucap Nicho memberikan Karisa dukungan untuk kuat menghadapi kenyataannya. Karisa tak mengucapkan sepatah kata pun kepada siapapun yang menyapanya dan mengajaknya berbicara. Dia begitu terpukul dengan kepergian Bayu yang begitu cepat, dia pun hanya mengenal Bayu tidak begitu lama, hanya hitungan hari. Hingga di pemakaman pun, Karisa hanya terdiam mengingat hari-hari yang ia lewati bersama Bayu. Ketika orang-orang hendak meninggalkan makam Bayu, Karisa masih menatap ke arah nisan dan kembali meneteskan air mata. Nicho yang saat itu melihat Karisa, mencoba membiarkannya dan memberikannya waktu sendiri untuk menenangkan pikirannya. Karisa yang masih sedih dan masih meneteskan air mata, terus memandangi nisan makam Bayu.
“Bayu, aku minta maaf kalau belum sepenuhnya kasih kamu kebahagiaan dan jagain kamu, semua terasa cepat. Hanya hitungan hari. Aku sedih, Bay. Aku gak tau apa rencana Tuhan atas semua ini, tapi aku cuma bisa berdoa untuk ketenangan kamu disana. Tuhan sayang sama kamu, Bay. Aku baru mengerti arti pertanyaan kamu kemarin di taman, aku sayang kamu, dan aku cinta kamu. Untuk hari ini dan selamanya.”