Socha, Penolong Tuhan.

Rizky Brawijaya
Chapter #4

Si Muda, Si Pelopor

“Assalamualaikum. Socha, saya Ustazah Dila. Izinkan saya tuk bergabung denganmu memakmurkan kampung.”


Jeng! Jeng! Alhamdulillah.

Pagi-pagi diakhir pekan semua sudah berkumpul di rumah Bang Ridha yang aku usulkan menjadi tempat rapat. Sepuluh pemuda yang ia janjikan kepadaku sudah hadir menghadap. Tak lama Ustazah Dila datang dengan dua perempuan muslim muda dan sangat cantik. Aku merasa tersaingi. Ia memperkenalkan diri kepada pemuda-pemuda lainnya meski beberapa sudah ada saling kenal termasuk Bang Ridha kemudian Ustazah juga memperkenalkan orang yang ia bawanya.

Namanya Safa dan Marwah. Dia kedua adik Ustazah. Asli keturunan Arab seperti sang kakak. Ini juga yang menjadi semangat laki-laki bergabung tapi Bang Ridha menegaskan kepada anak buahnya untuk tetap fokus ke tujuan utama juga niat karena Allah. Semua mengandalkanku sebagai pimpinan rapat tapi aku melempar ke Bang Ridha. Menurutku selagi ada yang lebih tua dariku dan itu laki-laki ialah yang pegang kendali suatu kegiatan.

Bang Ridha membuka rapat dengan sedikit tambahan kultum sebagai pengingat sekaligus penyemangat serta mengharap ketulusan dan keikhlasannya. Beberapa menit setelah pembukaan kami menyusun tim juga membuat rencana untuk pembentukan remaja karang taruna kampung kami. Ini terbentuk lagi setelah hampir dua puluh tahun terhenti.

“Bang, bagaimana perihal tujuan kita membangun rumah ibadah?” tanya seorang murid Bang Ridha yang bernama Zidan.

“Sabar Dan. Mending kita bangun dulu struktur organisasi kita. Paling pertama kita cari izin ke RT, RW kampung. Berhasil, kita buat program kerja yang positif, mengajak pemuda-pemuda untuk berperan aktif dan melupakan tindakan arogan seperti kemarin. Rayu warga-warga lainnya untuk terlibat. Setelah mereka terayu baru tujuan utama kita tercapai. Bangun musala. Bagaimana?” Bang Ridha menjelaskan dengan gamblang dan aku tahu bagaimana hal itu berjalan lancar.

“Interupsi. Boleh aku menambahkan.”

“Silakan Ca.”

“Ok. Jadi begitu kita dapat izin kita langsung buat acara. Usulku kita buat selamatan dalam bentuk bazar. Kita mengundang warga ke tanah kosong punyaku karena wilayahnya di tengah kampung dan satu-satunya. Maaf bukannya sombong tapi kenyataannya begitu. Canda. Aku lanjutkan. Dengan adanya bazar pasti dong warga suka dengan karang taruna kita. Nah, itu juga bisa menarik simpati para sepuh-sepuh kita yang tahunya hanya mewariskan kekacauan seperti tawuran dan miras. Jangan takut selagi kita punya Allah, terus coba sampai berhasil. Setelah berhasil membuat mereka luluh baru kita bangun rumah ibadah. Setuju?”

Mereka sejenak mencerna ucapku sampai salah satu adiknya Ustazah Dila bertanya, Marwah. “Kak, apa itu bikin mereka cepat luluh?”

“Ada sih cara buat bikin mereka langsung luluh. Di bazar itu kita selipkan konser dangdut-an. Tidak semua kan musik dangdut arogan, berbau seks dan vulgar. Ada juga dangdut yang berbau islami. Kalo ada kenapa tidak kita coba sajikan ke mereka.” Aku menambahkan. Reaksi mereka mengangguk paham. Aku pikir mereka setuju. Semoga

“Aku setuju sama Ocha,” sambar Ustazah Dila diikuti yang lainnya.

Alhamdulillah, ide dadakanku berhasil memotivasi mereka. Langkah selanjutnya saatnya kami membuat surat izin untuk diserahkan kepada pimpinan RT/RW yang insya Allah, esok malam suratnya harus sudah disetujui. Izin itu sebenarnya kunci kita dalam menjalani kegiatan selanjutnya. Jika awalnya saja sudah rumit, kedepannya akan jauh lebih rumit. Tapi aku yakin sih semua berjalan lancar.

Acara selesai pukul sembilan. Kalau melebihi itu takutnya malah menjadi fitnah warga . Untungnya surat yang kami buat sangat dalam dan rapi juga penuh perundingan selesai. Ini berkat kerja sama dan saling memberikan gagasan yang tepat. Kami menutupnya dengan doa dan selawat Nabi bi Muhammad Saw.


Esoknya, aku, Bang Ridha dan Ustazah Dila tiba di kantor sekretariat RW. Kami bertiga sempat keringat dingin saat Pak RW kami membaca dengan saksama isi surat yang kemarin malam telah dibuat. Ketua RW kami namanya Pak Hasan. Ia baik kepada warganya dan selalu berusaha membuat kampung aman walaupun kebanyakan bobolnya. RW dua periode ini mempertanyakan apa keuntungan dan manfaat karang taruna untuk kampung ini. Apa manfaat yang dihasilkan untuk masyarakat?

Lihat selengkapnya