Menikah?
Menurutku menikah merupakan hal yang paling ditunggu oleh semua orang. Tapi,apa yang terjadi jika pernikahan yang sudah kau rencanakan dengan konsep yang sedemikian rupa malah gagal dan yang tersisa hanyalah kekecewaan yang mendalam.Hal itulah yang saat ini terjadi padaku.
Hari ini, tepat dua minggu lagi aku akan melangsungkan resepsi pernikahan yang menurutku sudah tertata dengan sangat matang.Tapi, hari ini juga pemerintah menetapkan anjuran untuk tidak mengumpulkan masa atau berkerumun, apapun itu acaranya.Sesaat setelah mengetahui berita itu, hal yang paling kutunggu itu berubah menjadi angan-angan yang entah kapan akan kugapai.
Setelah mengetahui bahwa pemerintah menganjurkan untuk tidak berkerumun atau mengumpulkan masa, besoknya keluargaku memutuskan untuk membahas pernikahan kami di rumah Alivia calon istriku.
Ayah dan keluarganya juga menyambut dengan senang hati kedatangan kami. Maklumlah, sebentar lagi aku dan Livia akan segera menikah. Jadi, aku memanggil orang tua Livia dengan sebutan Ayah dan Mama karena sebentar lagi mereka juga akan menjadi orang tuaku. Sedangkan, aku memanggil orang tuaku sendiri dengan sebutan Bapak dan Ibu.
Siang ini memang terasa terik.Aku yang tadinya berpakaian rapi juga jadi tampak suram karena baju yang kupakai sudah tampak lusuh dan mukaku berminyak karena saking panasnya.
Aku dan keluargaku duduk sambil menikmati wejangan yang mereka berikan. Dan sesaat setelah itu, aku mencoba memulai percakapan kami.
"Jadi ini gimana solusinya?" Kataku sambil melihat semua orang yang ada di rumah itu.
Semua orang tampak bingung dan hanya menatapi satu sama lain. Suasana juga jadi terasa canggung dan senyap.
"Sebaiknya pernikahan kalian ditunda dulu." Suara Ayah memecah suasana yang tadinya terasa canggung.
"Ta-tapi yah," kataku memprotes apa yang dikatakan Ayah.
"Pernikahan ini sudah kami persiapkan dengan matang yah, undangan juga udah beres tinggal dibagiin,"imbuhku meyakinkan Ayah.
"Tapi apapun yang kau katakan itu tidak akan merubah keputusan pemerintah nak," balas Ayah.
"Benar kata pak Burhan,nak. Coba kau pikir lagi," sahut ibuku menguatkan kata Ayah.
"Ayah juga berpikir begitu,nak. Meskipun pernikahan kalian dilangsungkan, semua keluargamu dan semua yang kau undang belum tentu menghadiri resepsimu,"
Sahut Bapakku meyakinkanku.