Aku, Disty. Gadis lugu, pendiam, dan bisa dibilang polos dalam hal urusan hati. Selama hidupku, aku tidak pernah dekat dengan laki-laki—bukan karena tidak ada yang mencoba mendekat, tapi karena aku sendiri terlalu takut membuka hati. Bagiku, laki-laki itu sulit dimengerti. Mereka tampak seperti teka-teki yang terlalu rumit untuk dipecahkan.
Namun, semuanya berubah saat aku duduk di bangku kelas dua SMA. Di sana aku bertemu dengan Yosy—siswa pindahan dari luar kota yang memikat perhatian banyak perempuan hanya dengan caranya berjalan dan menyapa guru. Wajahnya memang bukan yang paling tampan di sekolah, tapi senyumnya punya cara tersendiri membuat jantungku berdetak lebih cepat.
Awalnya aku hanya memperhatikannya dari jauh. Tapi entah bagaimana, semesta seperti mempertemukan kami. Kami satu kelompok dalam tugas Biologi, dan dari situlah segalanya bermula. Yosy mulai sering mengajakku bicara, menanyakan hal-hal kecil, bahkan terkadang memberiku pujian sederhana yang membuat pipiku memanas.
“Disty, kamu pintar juga ya. Nggak nyangka kamu bisa ngejelasin materi serumit ini dengan cara yang gampang dimengerti.”