Soft Boy, Hard Goodbye

Arti Damayanti
Chapter #2

Mencintaimu Adalah Perjalananku

Mencintai Yosy bukan perkara mudah. Hubungan kami dimulai dari bangku SMA, lalu berlanjut hingga kami sama-sama kuliah. Aku kuliah sambil bekerja paruh waktu, sedang Yosy fokus membangun bisnis kecil-kecilan yang katanya punya potensi besar. Aku tak pernah keberatan. Bahkan aku yang sering menemaninya menyusun proposal, mencari investor, atau sekadar duduk berdua di warung kopi mendiskusikan mimpi.

Setiap kali dia merasa gagal, aku yang pertama memberinya semangat. Aku yang mendengar keluh kesahnya, yang menampung semua amarah dan kecewanya ketika dunia tidak berpihak padanya. Tak jarang, aku juga yang menjadi sasaran kemarahannya. Tapi aku bertahan, dengan keyakinan bahwa ini adalah proses. Bahwa mencintai seseorang berarti bersedia tumbuh bersama, melewati musim yang tak selalu cerah.

“Disty, kamu terlalu lambat. Aku udah jelasin ini berkali-kali. Gimana sih?”

Itu kalimat yang sering keluar dari mulut Yosy. Awalnya aku anggap sebagai tekanan dari stres bisnisnya. Tapi lama-lama aku merasa... tidak dihargai. Aku berusaha mengerti, tapi dia seperti tidak pernah berusaha mengerti aku. Saat aku salah, dia marah. Saat aku benar, dia diam.

Pernah sekali, aku menangis di depannya karena terlalu lelah disalahkan. Tapi dia hanya menatapku dingin dan berkata, “Kamu tuh cengeng banget.”

Lihat selengkapnya