Soft Boy, Hard Goodbye

Arti Damayanti
Chapter #4

Mencari Kejelasan

Aku menghubungi Yosy, tapi tak diangkat. Aku kirim pesan panjang—panjang sekali, hampir seperti surat perpisahan, tapi tak ada balasan. Beberapa hari aku mencoba. Menunggu sambil menatap layar ponsel, berharap notifikasi masuk membawa penjelasan, atau paling tidak, kejujuran. Tapi yang datang hanya sunyi. Dan sunyi itu menyiksa lebih dari amarah.

Akhirnya aku memutuskan datang ke rumahnya. Bukan untuk menuntut, bukan juga untuk meminta kembali cinta yang sudah hilang. Aku hanya ingin tahu. Butuh tahu. Karena kepergian yang tanpa penjelasan adalah luka yang sulit sembuh. Aku ingin mendengar kalimat terakhir dari mulutnya sendiri—kalimat yang seharusnya diucapkan oleh siapa pun yang memilih pergi: sebuah perpisahan.

Sore itu langit mendung, seolah ikut memaklumi kekacauan dalam hatiku. Jalan menuju rumahnya terasa lebih panjang dari biasanya. Setiap langkah seperti menimbang: aku siap terluka lagi, tapi tidak siap tetap bertanya-tanya seumur hidup.

Aku mengetuk pintu rumahnya yang berwarna krem. Aroma familiar dari taman kecilnya masih sama, tapi suasananya tidak. Ibunya yang membuka pintu. Wajahnya ragu, matanya tampak menahan sesuatu.

“Oh, Disty,” sapanya, pelan. “Yosy … sedang keluar kota.” 

Lihat selengkapnya