Beberapa malam setelah kejadian maling budiman itu, Somat dan Tigor kembali berjaga di pos satpam seperti biasa. Malam itu sedikit spesial, karena ada acara pertemuan warga di aula komplek dan setiap warga yang hadir mendapat nasi kotak. Sebagai satpam teladan, Somat dan Tigor juga kebagian jatah nasi kotak, yang langsung mereka bawa ke pos untuk dimakan. Namun, ketika mereka sampai di pos, mata Somat langsung tertuju pada nasi kotak di tangannya dan ingin segera menyantapnya. Wajahnya berbinar-binar melihat nasi kotak itu seakan-akan dia mendapat harta karun.
"Gor, ini nasi kotak lengkap pol yo, ada ayamnya. Kayak'e gurih banget aromanya!" ucap Somat sambil mencium aroma nasi kotaknya.
Tigor yang sudah lapar juga, langsung tersenyum lebar. “Betul kali, Mat! Ini, orang Medan bilangnya ‘Rezeki’. Yang ini, namanya rezeki anak ronda Mat! Pasti enak!”
“Opooo seh … Anak ronda, anak ronda, anak soleh mungkin,” jawab Somat menjelaskan.
“Sudah lah, jangan banyak cakap kau, makan saja sudah,” balas Tigor.
Mereka pun membuka nasi kotaknya bersamaan. Tapi begitu terbuka, mata mereka terbelalak karena isi nasi kotak itu memang sangat menggoda ada nasi pulen, ayam goreng yang garing, sambal, tumis sayur, dan sepotong tempe goreng.
Somat melirik nasi kotak Tigor dan melihat ayamnya tampak lebih besar dari miliknya. “Eh, Gor, kok ayam mu luwih gedi yo?” tanya Somat sambil mengerutkan dahi.
“Mana ada Mat!? Sama saja ini ukurannya! Kau iri kali jadi orang,” sahut Tigor yang sudah tak sabar ingin melahap ayam gorengnya.
Namun Somat tidak menyerah. Dia menatap ayam goreng punya Tigor dengan pandangan penuh perhitungan. “Wes, Ndak adil ini, ora iso Gor! Ayam kamu kayaknya ndak cuma besar, tapi lebih garing. Ndak ada tawaran buat tukar, ta?”
Tigor terkekeh, lalu menangkup kotaknya dengan tangan, melindungi ayamnya. “Ah, kau ini Mat, iri aja. Ini namanya ayam Medan, ayam bukan sembarang ayam. Kau makan aja ayam Jawa mu itu, jangan banyak protes!”
Somat menghela napas panjang, lalu melihat nasi kotak miliknya lagi. “Yo wis, lah! Tapi ini inget ya gor. Besok-besok kalau ada nasi kotak lagi, kamu kasih saya ayam yang besaran! biar sama-sama adil. Seperti sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”