Malam itu, hujan turun cukup deras di Perumahan Mawar Indah. Somat dan Tigor berteduh di pos satpam sambil menyeruput kopi panas. Suasana tenang, tapi tiba-tiba terdengar deru motor berhenti tepat di depan pos. Seorang pria muda yang tampak basah kuyup turun dari motor dengan wajah bingung.
“Bang, ini benar Perumahan Mawar Indah?” tanya pria itu sambil mengintip ponselnya.
Tigor dengan sigap menjawab, “Iya betul, ada apa rupanya?”
“Blok B dimana bang?” tanya driver ojek online itu lagi.
Somat dan Tigor saling pandang. Tigor langsung maju dengan gaya sok tahu. “Eh, blok B itu di belakang sana.”
“Rumah Pak Karyo, di sebelah mana bang?” tanya si tukang ojek sambil melihat layar ponselnya lagi.
Tigor melangkah maju lagi, “Itu blok B ada di belakang, Bang. Tapi, eh, nama Pak Karyo nggak familiar di situ. Eh, nomor rumahnya berapa?”
Si tukang ojek menghela napas panjang. “Masalahnya gada nomor rumahnya. Aduh, gimana ya, Bang. Saya muter-muter dari tadi nggak ketemu juga, saya telpon juga ga di angkat. Padahal pesanan ini udah nunggu setengah jam. Kalau lama-lama begini, nanti saya kena komplain.”
Somat garuk-garuk kepala, memikirkan solusi. “Owalah Mas, alamatnya kok ndak jelas. Tapi ya ndak mungkin kami biarin sampeyan muter-muter terus. Pokoknya, malam ini kita bantu cari.”
“Betul kali, Mat! Kita ini harus bantu tamu, biar warga Mawar Indah merasa dilayani dan kita naik gaji hahaha ...,” timpal Tigor dengan semangat.