Selama hidup, setiap manusia memiliki harapan untuk kehidupannya masing - masing. Semua orang pernah memiliki keinginan misalnya ingin cantik, ingin pintar, ataupun ingin dicintai. Namun, tak semua keinginan dapat diwujudkan menjadi sebuah kenyataan. Terkadang kita harus tau sampai dimana keinginan hanya bisa menjadi sebatas impian. Namun beberapa orang bijak berkata bahwa mimpi tak memiliki batas, kita dapat menjadi apapun yang kita inginkan tanpa takut terjatuh. Syaratnya adalah 'tanpa takut terjatuh', walau beribu - ribu atau berjuta - juta kali, yang berarti keadaan ini tidak berlaku bagi manusia - manusia yang mudah terpuruk.
Sama seperti manusia - manusia lainnya di bumi, seorang gadis yang kini tengah meniup lilin ulang tahunnya yang ke tujuh belas itu juga mempunyai keinginan. Gadis yang masih mengenakan seragam putih abu - abu dengan rambut kuncir kuda yang sudah agak berantakan tersebut hanya menginginkan satu hal dalam hidupnya, yaitu kebahagiaan. Keinginan yang sederhana, namun juga tidak.
"Yeyyy!" teriak kedua orang yang tengah berdiri di depan gadis tadi.
"Ini Ai hadiah dari kita," ujar seorang gadis berbadan gempal dan berkacamata seraya menyerahkan bungkusan hadiah berbentuk kotak yang dibalut kertas kado motif bunga - bunga.
"Jangan dilihat harganya, tapi dilihat barangnya mewah atau enggak," kata gadis lainnya yang sedang memegang kue muffin dengan sebatang lilin yang sudah padam diatasnya.
"Sama aja Aprilku yang cantik, ngomong kok enggak ada faedahnya," balas sang gadis berkacamata dengan menahan emosi.
"Maaf bercanda biar enggak serius - serius amat," jawab gadis yang ternyata bernama April tersebut sambil terkekeh.
"Hahaha…, makasih ya teman - teman sebenernya kalian enggak usah kasih apa - apa aja aku udah senang," kata gadis dengan rambut kuncir kuda sambil tersenyum.
Ketiganya lalu mengobrol dan tertawa sambil memakan beberapa kue muffin yang telah dibawa sebelumnya untuk merayakan ulang tahun salah seorang diantara mereka. Di bawah langit yang tak berbintang mereka saling bertukar cerita hingga malam yang semakin gelap mengingatkan ketiganya untuk segera pulang.
Setibanya dirumah, Rinai langsung mandi dan menuju ke kamarnya. Gadis itu lantas mengeluarkan hadiah berbentuk kotak dari dalam tas ransel miliknya. Ternyata di dalam kotak kado tersebut terdapat sebuah buku diary berwarna putih dengan motif daun - daun di tepinya. Setelah berulang kali ia periksa, Rinai tak menemukan ucapan apapun di dalam bungkusan kado tersebut. 'Ah, sudahlah mungkin mereka lupa memasukkannya,' batin gadis itu yang kemudian langsung membuka buku diary yang baru didapatnya. Setelah dibuka, Rinai terkejut karena ia melihat ada tulisan di halaman pertama diary baru miliknya tersebut.
Untuk Rinai Alayya tersayang,
Welcome to the 17's club! Hahaha…, enggak nyangka ya kita semua sekarang sudah tujuh belas tahun. Walaupun belum kenal lama - lama banget tapi semoga persahabatan kita selamanya ya. Amin. Maaf kita cuma bisa kasih buku diary ini buat kamu, kita harap kamu suka ya. Dan semoga di usia kamu yang sekarang ini kamu bisa lebih bersikap dewasa dalam menyikapi suatu masalah, semoga keinginan kamu juga bisa terwujud. Tetapi apapun itu, yang paling penting kita berharap agar kamu selalu bahagia, sedih boleh tapi habis itu jangan lupa bahagia lagi, oke?
Oh iya lupa, semoga tahun ini enggak jomblo lagi! Kasian banget, jomblo mulu jadi manusia.
Sukses selalu dan we love you!
Dari, Daisy yang paling baik hati dan April yang paling cantik
"Hahaha…, yaampun punya teman pada narsis - narsis semua," gumam Rinai setelah ia selesai membaca tulisan yang ada pada halaman pertama diary miliknya. Ternyata kedua temannya itu menuliskan ucapan ulang tahun untuknya di dalam diary alih - alih menulisnya di secarik kertas seperti pada umumnya.
Sebenarnya Rinai bukanlah tipe orang yang gemar menulis di dalam diary. Boro - boro menulis di dalam diary, menulis catatan sekolah saja hampir tidak pernah dilakukannya. Rinai lebih suka memberikan notes di buku pelajaran miliknya dibanding mencatat ulang pelajaran pada buku tulis, itupun jika menurutnya memang sangat diperlukan. Namun demi menghargai teman - temannya, Rinai berpikir untuk mulai menulis sesuatu di dalam diary yang sudah diberikan oleh Daisy dan April kepada dirinya tersebut, walaupun mungkin tidak setiap hari.
Buku diary itu terlihat sangat cantik, mungkin Daisy dan April memesannya secara custom. Diary tersebut berukuran lebih besar dari kertas A6 namun lebih kecil bila dibandingkan kertas A5. Sampulnya yang berwarna putih agak kekuningan nampak sangat manis dengan corak daun dan bunga melati yang tidak terlalu ramai di beberapa bagian tepinya. Kertas yang digunakan di dalamnya adalah kertas putih pada umumnya dengan garis - garis berwarna krem yang tercetak tipis.
Rinai kemudian mengambil gambar tangan kirinya yang sedang memegang diary tersebut. Lalu dikirimkannya foto tersebut ke grup chat yang berisi dirinya dan kedua temannya beserta pesan ucapan terimakasihnya untuk mereka.
Rinai : 'Suka banget, makasih gaes.' ❤❤
Daisy : 'Sama - sama Ai!'
April : 'Jangan lupa Ai…,"
Rinai : 'Lupa apa?'
April : 'Jangan lupa itu buku buat ditulisin, bukan buat dimakan!'
Rinai : 'Hiihhhh, kirain aku lagi ngomongin hal serius.'
Daisy : 'Tau nih anak bercanda mulu.'
April : 'Hehehehee…,'
Rinai : 'Tidur sana Pril, tuh diliatin mulu sama yang nangkring di pojokan.'
Daisy : 'Stay save ya Pril!'
April : 'Ga lucuu!'
April : 'Bercandaannya jahat!'
April : 'Naima Aprilia leave the chat.'
Daisy : 'Hahahahaa, aku kira leave beneran tadi."
Rinai : 'Ya maaf, jangan marah Pril hahaha…,'
April : 'Ok, bye!'
Daisy : 'Oke see u soon di sekolah, jangan lupa tugas kimianya di kerjain!'
Rinai : 'Lah iya ada tugas, baru ingat!'
April : 'Lah sama aku juga baru ingat. Oke ini bye beneran, aku mau kerjain tugas kimia dulu.'
Rinai : 'Sama, selamat mengerjakan tugas!'
Daisy : '😑'
Setelah selesai mengerjakan tugas kimia yang harus dikumpulkan besok, Rinai kemudian merebahkan dirinya ke kasur. Dipakainya penutup mata untuk tidur yang terbuat dari kain katun berbentuk awan dan berwarna biru muda yang lucu. Pagi tadi sang ibu memberinya penutup mata berbentuk awan tersebut sebagai hadiah ulang tahunnya, selain itu ibunya juga memberi bantal dan selimut dengan motif senada. Dan dari ayahnya, Rinai tak menerima hadiah apapun hari ini. Tadi pagi ayah menanyainya ingin dibelikan apa pada ulang tahunnya kali ini, namun Rinai sedang tidak menginginkan hadiah apapun. Gadis itu tak langsung menjawab pertanyaan ayahnya, hingga tadi sepulang sekolah Rinai baru mengatakan keinginannya. Rinai tak ingin hadiah hari ini, namun ia juga tak akan melewatkan kesempatannya yang sedang berulang tahun. Setelah dipikir - pikir, akhirnya Rinai dapat memutuskan sebuah hadiah yang memberinya keuntungan jangka panjang, gadis itu meminta kepada sang ayah supaya uang jajannya dinaikkan mulai besok. Setelah agak memohon beberapa lama akhirnya sang ayah setuju juga. 'Aku memang jenius!' pikir Rinai saat itu.
~
Pagi itu, seorang siswa perempuan yang mengenakan seragam olahraga menghampiri Rinai sambil menenteng es teh di kedua tangannya.
"Nih Ai es teh nya," kata siswa perempuan tersebut sambil memberikan es teh yang dipegang oleh tangan kanannya.
"Makasih Daisy yang lebih cantik dari bunga daisy," ucap Rinai dengan wajah imut yang sengaja dibuat-buat.
"Jijik," balas Daisy dengan sinis, yang justru membuat Rinai semakin ingin menggodanya.
Jam pelajaran olahraga selesai tiga puluh menit lebih awal dari jadwal seharusnya. Maka dari itu, Rinai dan teman - teman sekelasnya yang lain memilih untuk bersantai sejenak sembari mengeringkan keringat. Para siswa laki - laki bahkan terlihat asyik bermain voli melawan siswa dari dari kelas tiga yang juga kedapatan jadwal olahraga di jam yang sama dengan kelas mereka.
"Awas, minggir!!" tiba - tiba saja sebuah suara yang berteriak entah dari mana mengagetkan siswi - siswi perempuan yang tengah duduk berjajar di sekitar lapangan voli. Namun malang tak dapat ditolak mujur tak dapat diraih, bola itu tepat mengenai es teh yang sedang dipegang oleh Rinai yang tak sempat menghindar. Tempat es teh yang berupa gelas plastik itu langsung pecah saat terkena bola dan membuat baju serta celana yang dikenakan oleh Rinai menjadi basah seketika.
Seorang siswa laki - laki kemudian berlari ke arahnya. "Maaf dek, aku enggak sengaja." Kata siswa laki - laki yang tiba - tiba datang menghampiri Rinai tersebut, terlihat mimik wajahnya yang menunjukkan rasa bersalah.
"Gapapa kok kak," kata Rinai yang berusaha untuk menanggapinya dengan santai.
"Gapapa gimana, itu baju sama celana kamu jadi basah. Sekali lagi maaf ya."
"Beneran gapapa kok kak, santai aja. Lagian nanti aku ganti baju OSIS."
Daisy yang sedari tadi hanya diam mengamati, akhirnya ikut bersuara, "yaudah kita ganti baju sekarang aja Ai, nanti makin lengket kalau kamu kelamaan pakai baju itu."
"Iya nih, udah kerasa enggak nyaman banget di badan," jawab Rinai.
Setelah itu Rinai pun segera pamit pada seorang laki - laki yang berada di depannya tadi, "kalau gitu saya duluan ya kak," ujarnya.