Dua minggu lagi akan diadakan pentas teater di SMA Nusa. Pentas teater di SMA Nusa memang selalu diadakan di akhir bulan Oktober, beberapa minggu setelah ulangan tengah semester selesai. Karena tanggal pentas yang semakin dekat, maka jadwal latihan para pemain yang semula diadakan tiga kali seminggu berubah menjadi lima kali seminggu dari hari senin sampai hari jumat setiap pulang sekolah. Rinai, Daisy, dan April, ketiganya sama - sama tergabung ke dalam ekstrakurikuler teater di sekolah.
Tahun ini kelompok ekstrakurikuler SMA Nusa akan menampilkan cerita Putri Salju yang telah sedikit mereka gubah. Sang Putri diceritakan sebagai seorang Putri yang cantik jelita dan memiliki kekuatan magis untuk melindungi hutan dan berbagai hewan liar yang hidup di dalamnya. Sang Putri dapat berbicara kepada burung, rusa, domba, dan berbagai hewan lain yang hidup di dalam hutan. Bersama ketujuh kurcaci yang selalu setia kepadanya, mereka hidup bahagia di hutan yang damai. Namun, suatu ketika datanglah seorang nenek tua yang tersesat. Sang putri yang merasa iba lantas menawarkan nenek tersebut menginap di istananya untuk satu malam. Sang Putri yang baik hati bersama para kurcaci memperlakukan nenek tua itu dengan sangat baik, disuguhkannya makanan yang lezat - lezat dan diberinya kamar yang nyaman untuk tempat sang nenek tidur. Esok hari akhirnya tiba, nenek tua pamit hendak melanjutkan perjalanannya. Sang putri lantas mengutus beberapa kurcaci untuk menemani perjalanan nenek tua agar ia tidak tersesat lagi. Sebagai bentuk balas budi kepada sang putri, nenek tua memberinya buah apel merah yang terlihat segar. Nenek tua itu menyuruh Putri Salju untuk langsung memakan buah apel tersebut. Sang putri yang tidak berprasangka apapun lantas mulai memakan buah apel merah di tangannya itu. Namun, setelah ia menghabiskan satu gigitan, Sang putri jatuh pingsan tak sadarkan diri sementara nenek tua berubah wujud menjadi penyihir. Rupanya selama ini sang penyihir menyamar menjadi nenek tua yang dari awal ingin menguasai hutan dengan kegelapan serta ingin melenyapkan semua hewan yang hidup di hutan. Dengan kondisi sang putri yang tertidur cukup lama, kekuatan magis dari dalam dirinya pun perlahan memudar dan kegelapan semakin menguasai seisi hutan. Untuk menyembuhkan sang putri dari pengaruh racun maka ia harus mendapatkan ciuman dari seorang pangeran yang merupakan cinta sejatinya. Dan seperti kisah dongeng lainnya, Putri Salju berhasil diselamatkan dan kehidupan di hutan kembali seperti semula. Cerita yang terdengar cukup klise.
Selain para pemain yang sedang berlatih, di aula sekolah juga ramai oleh para kru yang bekerja di balik layar. Para junior dan beberapa senior yang tergabung dalam kelompok ekstrakurikuler teater sekolah sibuk mempersiapkan properti yang akan digunakan di atas panggung. Selain itu, di dalam aula juga terdapat beberapa anggota ekstrakurikuler fotografi yang tengah sibuk menentukan letak kamera yang sesuai untuk merekam pentas teater nantinya.
"Rinai ini kostum buat kamu, jangan lupa dicuci dulu ya!" kata seorang senior sambil memberikannya kostum rusa berwarna cokelat dengan sedikit tutul - tutul berwarna putih.
"Terima kasih Kak Mel," ucap Rinai.
"Oke. Oh iya, kostum kalian aku kasih besok ya. Kebetulan kostum kalian sama beberapa orang lainnya masih ada yang belum jadi, dan paling cepat katanya bakal jadi besok tapi masih belum pasti juga. Nanti kalau ada apa - apa langsung aku kabarin ke kalian ya," kata Kak Mel kepada Daisy dan April.
"Iya kak, terima kasih ya kak infonya." Daisy dan April menjawab dengan serentak, kemudian Kak Mel hanya tersenyum dan pergi mengerjakan tugasnya yang lain.
"Coba dibuka dong Ai," pinta April kepada Rinai.
"Iya aku juga pengin lihat kostumnya," ucap Daisy tak kalah memohon.
"Aku buka ya, aku juga penasaran," ujar Rinai menanggapi, dibukanya perekat pada plastik bening yang membungkus kostum rusa miliknya.
"Wow, lucu banget!" kata Fika, teman seangkatan mereka yang juga ikut bermain peran dalam pertunjukkan teater tahun ini yang tiba - tiba datang menghampiri mereka bertiga.
"Cute banget!" sahut April.
"Coba dipakai Ai, aku pengin lihat kamu pakai kostum itu!" ujar Daisy antusias.
Rinai segera menuruti perkataan teman - temannya, gadis itu segera mencoba kostum rusa miliknya dihadapan ketiga temannya tersebut. "Cocok enggak di aku?" tanya Rinai meminta pendapat.
"Cocok kok, kamu kelihatan lucu banget Ai!" kata Fika.
"Hahahaa…, terima kasih," jawab Rinai senang.
"Teman - teman lihat deh, cantik banget!" ujar April sambil menunjuk ke arah panggung. Rupanya di sana ada Siska yang mengenakan kostum Putri Salju sambil berlatih dialog bersama Mila yang berperan sebagai penyihir.
"Cakep banget, kostumnya pas banget dipakai sama Siska," kata Rinai menanggapi.
"Iya, pas banget di badannya," sahut Fika.
"Omong - omong kita kapan mulai latihan?" tanya Daisy.
"Eh iya, kita malah keasyikan ngobrol terus," ujar April.
"Ya sudah kita latihan sekarang saja yuk!" ajak Rinai.
"Baca - baca naskah saja dulu, lagian belum giliran kita naik ke atas panggung," kata April menanggapi.
"Sambil sesekali praktik ngomong dialog kita juga, biar enggak kaku pas nanti latihan di atas panggung," kata Fika memberi saran.
"Okedeh." Rinai menanggapi sambil mengacungkan ibu jarinya.
"Cari tempat yang enak buat latihan…," ucap April sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling aula.
"Itu di sana kayaknya enak, ayo kita ke sana saja!" ajak April kemudian.
"Ayo!"
Mereka berempat kompak berjalan mengikuti April ke tempat yang ia maksud. Di pojok belakang aula yang merupakan tempat paling tenang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat mereka berempat berlatih. Dari tempatnya kini, Rinai dapat melihat seisi panggung. Di panggung itu kini ada Ferdi yang berperan sebagai pangeran, Mila sebagai penyihir, dan tentunya Siska sebagai Putri Salju, pemeran utama. Selain itu terdapat juga beberapa orang lain yang membantu untuk mengarahkan adegan mereka. Sedangkan para pemeran lain masih berlatih sendiri - sendiri, mereka terpencar di berbagai area di dalam aula termasuk Rinai dan ketiga temannya itu.
Di pentas kali ini Rinai akan berperan sebagai rusa, April sebagai bunga di hutan, serta Daisy dan Fika mendapatkan peran sebagai kurcaci. Walau dialog Rinai sangat sedikit, namun ia sudah tidak sabar untuk menampilkan penampilan terbaiknya di atas panggung. Semua pemain yang berperan di dalam pentas teater ini diperlakukan dengan baik. Sebenarnya Rinai tidak merasa tersisihkan sama sekali walau ia hanya mendapatkan peran yang kecil, namun ia sedikit iri pada Siska yang berhasil mendapatkan peran utama. Sepertinya akan menyenangkan bila bisa menjadi pemeran utama karena orang - orang pasti akan lebih memperhatikan dirinya.
~
Di meja makan tersaji makanan kesukaan Rinai, udang asam manis dan tempe goreng. Malam ini cukup dingin, namun suasana terasa hangat saat Rinai makan malam dengan keluarganya, ada ayah, ibu, Kelana, dan Budhe Minah.
"Bu, dua minggu lagi aku ada pentas teater," kata Rinai sambil mengunyah makanan di dalam mulutnya.
"Kamu kebiaasaan, kalau makan jangan sambil ngomong, enggak baik," kata ayahnya mengingatkan.
"Iya yah, maaf," celetuk Rinai.
"Oh iya, kapan pentasnya?" tanya ibu.
"Sekitar dua minggu dari sekarang," jawab Rinai.
Setelah Rinai menghabiskan makanannya, ia kemudian menceritakan kegiatannya berlatih teater saat pulang sekolah. Menceritakan tentang perannya sebagai hewan rusa dan kostum lucu yang baru ia dapat.
"Enggak penting banget sih cuman jadi rusa!" cibir Kalana.
"Sirik banget jadi orang, terserah aku lah mau jadi apa!" balas Rinai sewot.
"Eh sudah! Kok malah jadi berantem," kata Budhe Minah sedikit mengomel.
"Lana duluan!" hardik Rinai kepada Kalana.
"Sudah sudah, Rinai tolong bantuin Budhe beresin meja makan ya!" kata ayah.
"Beresin ya kak!" ucap Kalana sambil mengejek kakak perempuannya tersebut.
"Lana jangan gangguin kakaknya terus, sana belajar nilai kamu kemarin jelek - jelek loh!" kata ibu kepada Kalana.
"Ibu juga istirahat biar enggak kecapekan, ayah mau nonton tv dulu ya," kata ayah sambil berjalan pergi.
Rinai dengan sigap membantu Budhe Minah untuk membereskan meja makan. Rinai membantu Budhe mencuci piring sambil menyanyikan lagu - lagu dangdut kesukaan Budhe Minah. Dari lagu jadul milik Elvy Sukaesih hinga lagu dangdut kekinian milik Siti Badriah, Budhe Minah hafal semuanya. Selesai membantu Budhe di dapur, Rinai menyusul ayahnya yang sedang menonton tv di ruang keluarga. Ternyata ibu juga sedang menonton bersama sang ayah.
"Kok nonton sinetron sih," ijar Rinai setibanya di depan tv.
"Ini ibumu nih!" ucap ayah yang terlihat bosan.