Di hari pertama masuk sekolah sepertinya membuat para siswa datang lebih pagi dari biasanya. Setelah libur panjang yang membosankan bagi sebagian orang, mereka jadi memiliki semangat datang ke sekolah untuk bertemu dengan teman - temannya. Namun hal itu biasanya hanya bertahan dua atau tiga hari saja. Hari - hari berikutnya semangat mereka telah memudar oleh rasa malas yang menghantui.
Di awal semester genap ini biasanya akan ada banyak hari libur bagi siswa kelas satu dan kelas dua. Sedangkan bagi mereka yang duduk di kelas tiga, sekarang inilah saat - saat yang paling sibuk bagi mereka. Berbagai soal ujian seakan mengantre untuk segera dituntaskan.
Sama seperti siswa tingkat akhir lainnya, Kak Faiz belakangan ini juga menjadi sangat sibuk. Setiap hari sepulang sekolah, lelaki itu langsung pergi ke tempat bimbingan belajar. Belum lagi setiap tiga hari dalam seminggu selalu ada guru privat yang datang tiap malam ke rumahnya. Orang tua Kak Faiz memang cukup ketat bila menyangkut pendidikan anaknya. Kak Faiz sendiri hanya bisa menuruti keinginan kedua orang tuanya tersebut dan belajar dengan baik. Untungnya Kak Faiz bukanlah orang yang mudah tertekan dengan tuntutan kedua orang tuanya. Jika Kak Faiz mendapat nilai yang bagus sesuai keinginan kedua orang tuanya tentu ia merasa bangga. Namun jika nilainya menurun, Kak Faiz tak ambil pusing dengan omelan kedua orang tuanya dan tetap belajar seperti biasa.
Karena sibuk belajar untuk mempersiapkan ujian, kini Kak Faiz jadi jarang menghubungi Rinai. Hal itu tidak membuat Rinai sedih ataupun marah, karena ia sendiri yang menyuruh Kak Faiz untuk jangan terlalu sering menghubunginya dan lebih fokus belajar agar bisa masuk ke perguruan tinggi yang ia inginkan. Sesekali Rinai mengirimkan pesan untuk menyemangati kekasihnya tersebut.
Rinai : "Kak Faiz semangat belajarnya!"
Rinai : "Dan jangan lupa makan!"
Faiz : "Terima kasih sudah diingatin my love❤"
Rinai : "Geli banget bacanya. Kakak panggil aku kayak biasa aja, jangan aneh - aneh deh."
Faiz : "Hahahaa…, enggak mau."
Rinai : "Ya sudah kalau gitu aku mau tidur, bye!"
Faiz : "Yah…."
Selama ini kedua orang tua Rinai tidak pernah menuntutnya untuk mendapatkan nilai yang bagus. Namun walau begitu, Rinai juga selalu berusaha untuk setidaknya mendapatkan nilai yang baik dan mempertahankan peringkatnya yang berada di posisi belasan dari tiga puluh delapan siswa di kelasnya. Menurut Rinai peringkat yang ia peroleh tersebut sudah cukup bagus baginya, mengingat banyak sekali siswa - siswa pintar yang menghuni kelasnya tersebut.
Bulan demi bulan pun sudah terlewati. Ujian Nasional untuk tingkat SMA sudah berlalu. Kini jatah liburan Rinai sudah tak sesering sebelumnya. Gadis itu juga harus belajar untuk menghadapi ujian kenaikan kelas.
~
"Hayo! Ngelamun saja dari tadi, lagi mikirin siapa sih?" celetuk April yang membuat Rinai menjadi agak kaget.
"Kamu sukanya bikin aku kaget saja!" kata Rinai dengan wajah ditekuk.
"Lagi mikirin yang di luar kota ya?" goda Salsa.
"Enggak kok!" jawab Rinai mengelak sambil berjalan menuju ke luar kelas.
Tak terasa kini Rinai sudah duduk di bangku kelas tiga SMA, sedangkan Kak Faiz sudah berkuliah di luar kota. Karena itulah mereka hanya sesekali saja bertemu saat Kak Faiz sedang pulang ke rumahnya. Universitas tempat Kak Faiz berkuliah kebetulan juga merupakan universitas impian Rinai dari dulu. Di kelas tiga ini Rinai belajar dengan lebih giat dari sebelumnya. Bila dahulu ia sering malas - malasan dan tidak memperhatikan penjelasan guru saat pelajaran berlangsung, kini Rinai berusaha untuk bersikap lebih baik. Bahkan Rinai yang biasanya sering mengerjakan tugas di sekolah dengan mencontek milik temannya, tiba - tiba menjadi rajin mengerjakan tugas. Rinai juga mulai fokus belajar untuk ujian seleksi masuk perguruan tinggi negeri sejak awal tahun ajaran baru. Secara tidak langsung, Kak Faiz turut memotivasinya untuk menjadi lebih baik.
Akhir minggu ini, Kak Faiz mengabari bahwa ia akan pulang ke rumah orang tuanya dan akan datang mengunjungi Rinai. Mendengar hal itu, Rinai pun sudah bersiap untuk menyambut Kak Faiz. Tiba - tiba mobil Kak Faiz sudah sampai di halaman rumah Rinai, gadis itu langsung bersiap menuju ke teras rumah untuk menghampirinya.
"Selamat pagi om!" kata Kak Faiz menyapa ayah Rinai yang sedang bersantai menikmati pagi hari dengan membaca koran di teras rumahnya.
"Ya, pagi," kata ayah Rinai menanggapi dengan singkat.
"Selamat pagi om!" sebuah suara milik anak kecil terdengar ikut menyapa. Kepala anak itu menyembul dari belakang punggung Kak Faiz.
Melihat seorang anak kecil menggemaskan dengan pipi tembam yang kemerah - merahan membuat sikap ayah berubah menjadi ramah.
"Selamat pagi," kata ayah sambil tersenyum lebar dan melambai - lambaikan tangannya kepada anak kecil tersebut.
Tak lama kemudian Rinai keluar dari pintu dan tersenyum ke arah Kak Faiz yang masih berdiri kaku. Sedangkan di hadapannya, ayah sedang bercanda dengan seorang anak kecil.
Rinai mengarahkan wajahnya dan bertanya kepada Kak Faiz dengan menggerakkan bibirnya hampir tanpa suara.
"Siapa?" tanyanya lirih, matanya ia gerakkan ke arah anak kecil yang tengah tertawa lebar bersama ayahnya itu.
"Keponakanku," jawab Kak Faiz dengan suara yang tidak kalah lirih. Kepala Rinai manggut - manggut tanda mengerti.
"Namanya siapa anak ganteng?" tanya ayah kepada anak kecil lucu di depannya.
"Zidan," jawab anak kecil tersebut dengan singkat dan agak malu - malu.
"Zidan sudah sekolah?" tanya ayah sekali lagi. Anak kecil bernama Zidan tersebut hanya menggangguk untuk mengiyakan.
"Oh iya? Kelas berapa?"
"Kelas play group," jawab Zidan dengan lugu.
Tak lama kemudian terdengar suara pagar yang terbuka dan Kalana muncul dari balik pagar. Keringatnya terlihat memenuhi wajahnya. Kalana memang rajin berlari pagi di hari Minggu seperti ini.
"Eh ada Kak Faiz, pagi kak!" sapa Kalana dengan ramah sambil menyeka keringat yang masih bercucuran dari pelipisnya.
"Pagi Lan, kamu rajin banget olahraganya," sahut Kak Faiz.
"Iya dong, enggak seperti yang itu tuh!" kata Kalana sambil mengarahkan dagunya ke arah Rinai.
"Biarin!" ucap Rinai ketus.
"Tumben jam segini Kakak sudah mandi dan kelihatan rapi?" tanya Kalana kepada kakak perempuannya itu. "Pasti karena ada Kak Faiz ya?" tambahnya untuk memastikan. Rinai hanya diam saja menanggapi pertanyaan adiknya yang tidak memerlukan jawaban tersebut.
"Padahal ya kak, aku kasih tahu, kakakku itu enggak pernah mandi pagi kalau lagi liburan kayak gini. Kakakku itu malas banget, jorok lagi!" kata kelana kepada Kak Faiz yang jelas membuat Rinai sangat geram kepada adik lelakinya yang menjengkelkan tersebut.
"Dasar adik durhaka, bikin kesel saja kerjaannya. Sana mandi, bau keringat!" sahut Rinai marah.