Blurb
- DINDA -
Aku juga pasti menemukan seorang laki-laki yang mau menemani aku menangis.
- BINTANG -
Ternyata, merasa menjadi penjahat adalah perasaan paling mengerikan.
*****
"Memangnya aku keliatan lagi ada masalah sama Bintang ya?" Dinda kini meraih wadah sambal yang hanya berjarak satu jengkal dari mangkuknya. Alven tersenyum kecil. "Ini bedanya cowok sama cewek. Kalau lagi kumpul-kumpul, cowok bisa ngotot-ngototan. Tapi begitu bubar, mereka bisa ngomongin hal lain lagi dengan entengnya, entah itu ngomongin cewek, sepakbola, atau bisnis." Sambil menyendokkan sambal untuk mi ayamnya, Dinda memperhatikan gerak bibir Alven dengan saksama. Ia sudah pernah melihat kakak kelasnya itu mengisap rokok di halaman depan sekolah, tapi herannya, bibir cowok itu tetap punya nuansa merah. "Nah, kalau cewek nih, pas lagi kumpul-kumpul, mereka keliatan seiya sekata, gosipin apa aja sambil ketawa-ketawa. Eh, giliran udah bubar, masing-masing pada ngedumel dalam hati. Ngaku, nggak?"
*****
No body's perfect. Karena itu juga, nggak ada persahabatan yang bener-bener sempurna.
--------------------------------------------------------------------
Copyright © 2015 Asya Azalea. Dilarang keras menerjemahkan, menyalin, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi dari novel ini tanpa izin tertulis dan sah dari penulis. Tapi kalau berkomentar dan memberi dukungan, sama sekali tidak dilarang. Selamat membaca! :)