"Tidak ada manusia yang sempurna. Mereka terus bersikap egois, munafik, dan selalu mengkritik yang lain untuk menutupi ketidaksempurnaan mereka"
-Yuna-
Tak lama seminar mengenai bisnis di era 4.0 yang ditunggu Yuna akhirnya dimulai. Yuna tampak bersemangat hingga ia menurunkan telapak tangan yang menutupi wajahnya agar tak dilihat Rudi. Saat pemateri seminar masuk dan memperkenalkan diri, Yuna tersenyum dan mendengarkan dengan seksama perjalanan hidup dari sang pemateri. Setelah memperkenalkan diri, pemateri menyampaikan materi yang telah ia siapkan mengenai taktik bisnis di era 4.0. Yuna kemudian menyiapkan buku notes-nya dan mencatat hal penting yang disampaikan oleh pemateri.
Rudi yang berada di samping Yuna hanya tersenyum sinis melihat tingkah aktif Yuna. Yuna seakan lupa dengan keberadaan Rudi yang ada di sampingnya karena sangat bersemangat mendengar materi. Saat sesi tanya jawab tiba, Yuna mengacungkan tangannya dan hendak bertanya pada pemateri. MC kemudian memberikan mic pada Yuna dan mempersilahkannya untuk bertanya.
"Menurut Ibu, bagaimana jika ada orang yang ingin membangun bisnis tapi dia tidak berasal dari jurusan bisnis misalnya seperti dari jurusan pendidikan. Apa tidak masalah seperti itu Bu? Karena sekarang banyak orang yang mengatakan jika kita harus bekerja sesuai dengan jurusan kita dan jangan mengambil hal yang tidak sesuai dengan kemampuan atau jurusan kita" tanya Yuna pada pemateri.
Pemateri tersenyum pada Yuna dan menanggap jika pertanyaan Yuna menarik. Namun pemateri tidak langsung menjawab karena ada beberapa orang lagi yang harus bertanya sebelum ia menjawab keseluruhan pertanyaan.
"Omong kosong! Apanya yang menarik, itu pertanyaan yang cukup bodoh. Bahkan orang dengan IQ rendah juga bisa menjawabnya" celetuk Rudi pada Yuna.
Yuna hanya terkejut mendengar komentar Rudi mengenai pertanyaan yang ia ajukan untuk pemateri.
"Apa lagi masalahmu? Kenapa terus mengkritik apa yang aku lakukan?" tanya Yuna yang masih berusaha meredam emosinya.
"Aku bilang itu pertanyaan cukup bodoh. Telingamu sepertinya memang bermasalah dari awal, kau gak ada niat untuk periksa ke dokter?" tanya Rudi memancing emosi Yuna.
Yuna semakin geram dengan perkataan Rudi, namun perhatiannya teralihkan saat pemateri menjawab pertanyaannya.
"Bagi anak muda mungkin salah jurusan saat bekerja adalah hal yang biasa. Bagi saya sendiri gak masalah untuk memulai bisnis biarpun kamu tidak dari jurusan bisnis. Begitu ada peluang silahkan manfaatkan. Bisnis memang perlu landasan pengetahuan, namun keyakinan dan usaha juga mampu memperkuat bisnis yang dibangun" jelas sang pemateri.
"Inti jawabannya, hal itu gak masalah. Lakukan semua yang bisa dilakukan agar kau bisa makan dan bertahan hidup" celetuk Rudi lagi pada Yuna.
Setelah itu pemateri kembali menanyakan apakah Yuna sudah puas dengan jawaban yang diberikan. Namun Yuna tidak fokus, karena terus berdebat dengan Rudi.
"Oh, sepertinya kamu sedang berdebat dengan pacarmu yang di samping ya?" tanya pemateri yang membuat semua peserta seminar mengalihkan pandangannya ke arah Rudi dan Yuna.
Arya yang berada di belakang langsung berdiri tegak untuk melihat siapa lelaki yang duduk di samping Yuna.
"Itu si Rudi. Duduklah, berhenti membuat dirimu dipandang makin aneh oleh orang" ucap teman Arya yang menarik tangan Arya agar ia kembali duduk.
Arya tidak terima ternyata yang duduk di samping Yuna adalah Rudi. Tapi, ia lebih tidak terima ketika pemateri menyebut jika Rudi adalah pacar Yuna.
Agar tidak memperpanjang masalah, Yuna meminta mic dari MC yang ada di dekatnya dan menjelaskan hal yang sedang terjadi.
"Dia bukan pacarku, dia hanya bertanya tentang materi Ibu yang saya catat. Saya sudah puas dan mengerti dengan jawaban Ibu, terimakasih" jelas Yuna.
Pemateri itu hanya tersenyum dan meminta peserta seminar memberikan tepuk tangan pada Yuna atas keberanian dan semangatnya. Sementara Rudi tetap merespon dengan dingin penjelasan yang disampaikan Yuna.