"Aku tak akan berhenti berusaha, sampai pada akhirnya aku bisa memenuhi semua harapanku"
-Yuna-
Saat sedang bekerja di Indomarket, Yuna terus memikirkan perkataan Arya mengenai sikap Siska. Ucapan dan raut wajah kekhawatiran Arya terus terbesit di benak Yuna.
"Aku akan jelaskan tentang dia semuanya nanti! Ah teman-teman sialan!" teriak Arya.
Arya tidak sempat menjelaskan tentang semua sikap Siska pada Yuna karena ia segera ditarik teman-temannya untuk membayar tagihan makan mereka.
Meskipun begitu, Yuna terus terngiang dengan ucapan Arya hingga tak fokus melayani pelanggan.
"Kakak sakit?" tanya salah satu rekan kerja Yuna.
"Gak. Aku cuma kepikiran sesuatu" jawab Yuna singkat.
"Kakak gak bareng sama cowok yang kemarin pakai mobil? Kenapa kakak pakai motor?" tanya teman Yuna lagi.
"Dia sibuk. Lebih enak pakai motor, aku gak cocok jadi orang kaya" ujar Yuna dengan tersenyum.
Saat Yuna tengah berbincang dengan teman kerjanya, para pemasok barang mulai datang untuk mengantar stok baru barang mereka. Yuna kemudian memohon pada teman kerjanya agar melayani pelanggan, sedangkan ia yang akan mengawasi para pemasok barang itu. Teman kerja Yuna akhirnya menuruti kemauan Yuna, dan menyerahkan kertas daftar barang yang akan dipasok hari itu.
Yuna mengambil kertas itu, dan langsung mencari nama pemasok buah kelengkeng dan anggur.
"Pak Murdi, itu namanya" gumam Yuna.
Yuna kembali memperhatikan pemasok barang yang lain, kemudian ia memberikan tanda centang pada daftar apabila barang itu telah selesai dipasok. Lama menunggu, pemasok buah kelengkeng dan anggur yang ditunggu Yuna tak kunjung datang.
"Pemasok kelengkeng dan anggur belum datang. Bukannya dia akan datang juga hari ini kan?" tanya Yuna pada teman kerjanya sambil menunjuk daftar barang pasokan.
"Paman itu akan datang, cuma memang cukup lama karena rumahnya jauh dari kota ini" jawab teman kerja Yuna.
"Kau mengenalnya?" tanya Yuna kembali.
"Tentu, rumahku dekat dengan paman itu. Paman itu dulunya polisi, tapi dia memilih pensiun muda dan sekarang bertani buah. Untungnya dia sukses" jelas teman kerja Yuna lagi.
Ketika teman kerjanya menjelaskan hal tersebut, Yuna langsung mengingat kejadian saat kakaknya meninggal. Pada saat itu ia bersikeras ingin melihat wajah kakaknya untuk terakhir kali.
"Aku mau lihat wajah kakak. Kenapa gak boleh? Ada yang kalian sembunyikan? Kenapa kalian jahat? Polisi kan harusnya baik" teriak Yuna dengan tangis histeris saat itu.
Setelah berteriak, Yuna hanya mendapat pukulan dari polisi itu. Dan ia kembali mengingat jika nama polisi itu adalah Murdi, karena saat itu Yuna menarik baju dinas sang polisi dan melihat namanya.
Pintu Indomarket kembali terbuka dan menyadarkan lamunan Yuna akan masa lalunya.
"Kak Yuna, itu paman itu. Dia banyak bawa buah hari ini" ujar teman kerja Yuna sambil menunjuk ke arah pak Murdi.
Yuna segera menghampiri pak Murdi dengan membawa kertas daftar barang pasokan.
"Berapa banyak barang yang bapak pasok hari ini?" tanya Yuna yang terus menatap ke arah pak Murdi.
"Sekitar.." ucapan pak Murdi terhenti karena ia sangat terkejut ketika melihat wajah Yuna.
"Kenapa Bapak terkejut? Bapak ingat dengan saya?" tanya Yuna dengan spontan pada pak Murdi.
Mendengar pertanyaan Yuna, pak Murdi hanya terdiam dan segera beranjak pergi. Ia meminta para anak buahnya untuk meneruskan pekerjaannya.